..
"Masih sama seperti dulu, lukanya melebar hingga tulang paha. Dan setelah check-up tadi, bakterinya sedang berkembang menuju tulang pinggul."
"Jika Yeji tetap melakukan aktivitas berat, terpaksa, kita harus melakukan kemo sampai setidaknya mereka membeku lagi."
Antara Eunji dan Minhyun– mereka saling tatap. Mereka tak punya pilihan lain lagi selain kemo terapi untuk kesembuhan Yeji. Dan gadis itu sendiri pun sudah siap dengan alat-alat medis super menyebalkan yang akan berinteraksi dengan tubuhnya.
Eunji tak tega sebenarnya, ia rasa ini akan menyakiti Yeji lebih dari kejadian saat anak gadisnya kecil dulu. Pun menatap mata Minhyun juga, memberitahu suaminya, apakah ini adalah pilihan terakhir? Apakah mereka tak punya jalan lain selain kemo terapi?
Gelengan hadir di sana. Eunji dan Minhyun menutup mata sekejap, kemudian menepuk bahu Yeji dan mengusapnya pelan.
"Sayang, kau tidak keberatan? Ibu rela jika kau harus ke luar Negeri untuk berobat demi kesembuhanmu."
Tapi Yeji menggeleng dengan senyum manisnya. Menggenggam tangan Sang Ayah dan juga Ibunya erat. Dalam wajah pucat pasi itu, Yeji mengutarakan kesanggupannya.
"Siapa bilang aku keberatan? aku ingin sembuh. Dan aku pasti akan seperti dulu lagi. Kemo tidak akan membuatku lemah, Ibu, Ayah…"
Tapi melihat bagaimana tangan anak gadisnya yang setengah gemetar itu, Eunji justru tahu jika ketakutan sudah mengerubuti perasaan mereka. Takut akan hal yang seharusnya tak pernah terpikirkan.
"Dokter, aku mau kemo terapi. Aku tidak masalah jika tidak ikut ujian Universitas tahun ini. Yang penting aku sembuh, hehe…"
Melihat keluarga penuh haru itu, Sang Dokter akhirnya menampilkan senyum kecilnya.
"Osteomielitis yang ada dalam dirimu akan pergi jauh jika kau bersemangat seperti ini, Yeji. Baiklah, kalian bisa tanda tangan berkasnya setelah ini. Jadwal kemo akan keluar saat hasil pemeriksaan tahap 2 keluar."
"Aku mengerti, Dokter. Aku akan bersemangat untuk itu, pasti!"
"Osteomielitis ya?"
Ya. Dalam ruangan inapnya, Yeji terbangun di tengah malam. Yang terdengar hanya suara hujan, dan ruangan yang sedikit lebih dingin. Ia melihat Hyunjin sedang meringkuk di atas sofa tunggu dengan selimut kecilnya.
Dan juga melihat jendela yang penuh dengan titik-titik air hujan. Ia suka ini, hujan dan bau harumnya. Rasanya lebih tanang dari pada tadi siang. Dimana diagnosa itu keluar lagi setelah bertahun-tahun tak menampakkan diri sama sekali.
Ia tak mau menyalahkan keadaan, sebab semua sudah punya porsi masing-masing. Termasuk penyakit yang ia dapat kembali ini. Yeji rasa, dipenghujung malam, baiknya ia isi dengan hal-hal bahagia. Gadis itu seharusnya tak payah khawatir akan seperti apa dirinya di kemudian hari. Karena apapun usahanya, hasilnya akan tetap tentukan oleh Tuhan.
"Oh, kau di sini rupanya," monolognya setelah melihat buku diary miliknya tergeletak di dekat bantal.
Sempat meminta Hyunjin pulang hanya untuk mengambil buku tebal itu. Yeji harus menulis sesuatu malam ini sebelum pagi datang dan ia harus bergegas pergi menemui seseorang. Yang sudah sepakat untuk bertemu dengannya besok.
Yeji mengambil buku miliknya. Membuka penutup karetnya dan mulai membuka halaman baru. Bersiap menorehkan tinta di sana.
D-251
Cold, but actually warmerst~
Mint Choco berbeda dari biasanya. Dia terlihat lebih khawatir dari saat sebelumnya. Tapi aku senang akan hal itu, artinya kami menjadi dekat bukan? Hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUPHORIA [✔]
Fanfiction"Aku yakin kita pasti akan bertemu di lain waktu." -dariku untukmu, Si penyuka buku dan penikmat kesendirian. Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk menatap satu sama lain, lagi. P.s. 143-637 . . . . . in TXTZY line Written by @Imchole ----- read first...