..
Gemetar hebat yang didapat Yeonjun beberapa saat lalu, kini masih terbawa bahkan saat Yeji sudah memasuki ruang gawat darurat. Lelaki itu tak kunjung menyudahi untuk melihat antara kedua tangannya dan juga pintu dimana Yeji ditangani saat ini.
Bak sengatan seribu lebah, apakah rasa sakit itu bisa dibagi kepada orang lain?
Pikiran Yeonjun yang sedikit kacau pun tak membuatnya mengalihkan atensi jika saja Sang Ibu tak memeluknya secara tiba-tiba.
"Ibu..."
"Tenangkan dirimu dulu, sayang." Tutur Yoona masih dalam membekap tubuh putranya itu.
Yeonjun hanya mengangguk dan mengatur napasnya. Dalam perjalanan mejuju rumah sakit tadi, ia hanya sempat menelpon Hyunjin dan juga Ibunya sendiri. Bahkan ia tak mengatakan apapun pada Beomgyu atau Ryujin tentang Yeji yang tiba-tiba saja pingsan dengan banyak darah seperti tadi.
Yeonjun benar-benar dilanda cemas saat ini. Ia panik dan juga khawatir, terutama pada Yeji.
"Ceritakan pada Ibu, bagaimana kejadian yang sebenarnya."
"A-aku bahkan hanya pergi untuk membeli taiyaki untuk kita berdua, t-tapi saat aku kembali, Yeji sudah pingsan dan mimisan– itu sakit. Yeji sakit, Ibu." Adu Yeonjun pada Ibunya dengan setengah terbata.
Yoona yang paham dan sudah menyadari hal ini lebih awal tentunya hanya bisa menghela napas setengah kasarnya. Bagaimana dengan apa yang ia takutkan akan terjadi, kini benar-benar punya petunjuk yang semakin nyata.
Makin lama ia diam, makin lama juga Yeonjun akan tersakiti sendiri oleh harapan-harapannya bersama gadis itu. Jelas Yoona tak mau itu terjadi.
Ia kemudian melerai pelukan mereka, membingkai wajah putranya yang masih terlihat khawatir itu perlahan. Dan dengan teganya, ia mengatakan, "sayang... Ibu tahu ini adalah hal egois. Tapi memaksa Yeji agar selalu bersamamu akan semakin menyakitimu lambat laun. Ibu tidak ingin putra Ibu tersakiti lebih lama karena satu gadis."
"Apa yang Ibu katakan?" Sergah Yeonjun cepat.
"Ibu mohon, tinggalkan Yeji. Untuk selamanya."
Bagai mendapat sayatan di hati. Kenapa rasanya sangat sakit ketika Ibunya sendiri memintanya untuk pergi dari hidup Yeji. Sungguh, itu bukanlah keinginan Yeonjun.
Lelaki itu juga tidak akan berniat pergi dari gadis itu seperti apa yang dikatakan Ibunya. Yeonjun tahu, ia sudah membulatkan tekad untuk bersama dengan Yeji sampai kapanpun. Bahkan tak mempedulikan apakah itu perasaan aneh ataupun suka secara nyata. Yang jelas, Yeonjun menolak permintaan yang satu itu.
Yeonjun menggeleng, "tidak, Ibu. Itu tidak akan pernah terjadi. Yeji akan selamanya ada bersamaku dan juga yang lain. Dia hanya sakit sebentar."
Tapi Yoona turut menggeleng. Percaya atau tidak, kini wanita paruh baya itu tengah meneteskan air matanya di hadapan Yeonjun.
"Yeonjun, Ibu mohon..."
"Tidak!" Tolak Yeonjun tegas seraya melepas bingkaian tangan Yoona dari wajahnya. Ia bahkan membuang pandangan dan bangkit dari duduknya dengan perasaan yang tak jelas.
"Yeon–"
"YEJI!!!"
Begitu suara seseorang terdengar dari ujung lorong, lantas Yoona dan Yeonjun menoleh begitu saja ke arah sumber suara.
Dan melihat presensi Eunji, Hyunjin, dan juga Minhyun yang berjalan dengan cepat ke arahnya membuat dada Yeonjun berdetak dengan cepat secara tiba-tiba.
Melihat Yeonjun untuk kedua kalinya membuat Eunji sadar akan sesuatu tentu saja. Wanita itu memandang nanar ke arah pintu yang masih tertutup dan juga Yeonjun serta Yoona secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUPHORIA [✔]
Fanfiction"Aku yakin kita pasti akan bertemu di lain waktu." -dariku untukmu, Si penyuka buku dan penikmat kesendirian. Semoga Tuhan mengizinkan kita untuk menatap satu sama lain, lagi. P.s. 143-637 . . . . . in TXTZY line Written by @Imchole ----- read first...