4+4+4-1=11

41 13 29
                                    

"Yang terus berkembang."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••Happy reading•••

Prang!

"RIA?!"

Rio buru-buru menghampiri adiknya yang kini sudah terkapar di lantai. Ria ingin mengambil segelas minuman air putih diatas meja yang ada disampingnya, daripada merepotkan abangnya yang sepertinya sudah lelah mengurusnya, lebih baik dia mengambil minumannya sendiri. Tapi malah ia makin membuat abangnya susah.

"Ria, kalo mau minum bilang sama abang, ya?"

Dengan mata berkaca-kaca Ria berkata, "Ria gak mau repotin Bang Iyo lagi, Bang Iyo sampe gak bisa sekolah gara-gara ngerawat Ria."

Rio mengelus-elus rambut Ria. "Abang gak perlu merasa direpotin kok, Ria. Lagipun Ria adalah adik abang satu-satunya, apapun yang terjadi abang pasti sama Ria, kok."

Ria menutup matanya, dia seperti beban bagi Rio dan keluarganya. Apakah anak yang berpenyakitan sepertinya pantas untuk tetap hidup dengan kasih sayang penuh dari Rio seperti ini? Bukankah Ria akan menjadi tergantung kepada Rio jika sikap Rio seperti ini padanya?

"B-bang ...,"

"Iya? Kenapa, Ria?"

"Tentang yang itu ...,"

Rio mendaratkan telunjuknya ke bibir Ria seolah memintanya untuk tetap diam.

"Biarin aja. Ayah udah mengurusnya."

Ria entah kenapa merasa tidak tenang semenjak ia diminta untuk tetap diam setelah melakukan hal yang sangat sangat sangat berdosa bagi orang lain. Dan sekarang? Bukannya bertanggungjawab, dia malah enak tidur-tiduran dan menikmati kasih sayang yang diberikan Rio untuknya.

"Ria ... takut. Rasanya hidup Ria gak pernah tenang kalo belum ketemu sama orangnya, Ria mau liat seberapa besar kesalahan atas perbuatan Ria. Apakah orangnya masih ada di dunia ini?"

Dengan tatapan sendu, sejujurnya Rio juga merasa bersalah. Namun ini semua adalah permintaan orang tuanya, kata ayahnya ini semua dilakukan untuk menghindari Ria dari hukuman dan demi menjaga nama baik keluarga mereka.

"Asal kamu tau, Ria! Kehidupan kamu disini sudah menjadi beban, jangan sampai membuat orang lain memiliki beban karena kelakuanmu yang gila itu!"

Ucapan ayahnya terngiang-ngiang di kepala Ria. Seolah itu adalah kaset rusak yang terus berputar-putar dan tak berhenti sampai Ria mematikan alat pemutarnya. Rio yang menyadari hal itu mencoba menghibur Ria.

"Ria, Ria jangan sedih terus, ya? Kalo Ria cepat sembuh, Iyo bakal jamin Ria bakal bisa bersekolah dan punya teman, oke?"

Ria mengangguk, ia benar-benar tidak sanggup lagi sekolah sendiri seperti ini dan tak punya teman selain abangnya sendiri.

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang