•
•
•"Aku pulang."
Mulya merebahkan dirinya di sofa empuk kesayangan Rhendy lalu memejamkan matanya sebentar. Sejujurnya diluar itu sangat panas! Beruntung didalam rumah ini dipasang pendingin ruangan, bahkan di ruang tamunya.
"Kira-kira berapa habis pengeluaran untuk biaya listriknya, ya?"
"Untuk apa kamu mikirin itu?" Tiba-tiba Rhendy datang menyentil kening Mulya.
"Kamu itu sekolah aja yang bener. Masalah lain tinggal bilangin Papa, auto beres."
Rhendy terkekeh setelah membanggakan dirinya.
Mulya kini memilih untuk bangun dan duduk, kemudian celingak-celinguk mencari keberadaan Natasya.
"Mama mana?"
Rhendy mengusap wajahnya pelan, anehnya wajahnya seketika memerah. "Ada di kamar. Cape, katanya."
Mulya hanya ber-oh ria. Apakah Rhendy pikir Mulya hanya anak polos yang tak tau apa-apa? Tolong, dia sudah dewasa, dan sudah sewajarnya dia tau, apalagi Mulya seorang lelaki.
Diam untuk beberapa saat, Mulya teringat akan masalah Alfi. Hampir saja ia lupa menanyakan apa pekerjaan Rhendy. Bagaimanapun, Mulya ikut andil dalam masalah Alfi kali ini.
"Umm ... Pa?"
Rhendy yang tengah fokus oleh televisi yang baru ia hidupkan, kini menoleh kearah Mulya.
"Hmm?"
Sedikit ragu namun ditanyakan. "Apa pekerjaan Papa?"
Rhendy menatap Mulya lekat. Apakah Mulya benar-benar sungguh tak tau apa pekerjaan Rhendy? Bahkan setelah mereka tinggal serumah?
Memutuskan untuk mengulur pertanyaan Mulya, kini Rhendy balik bertanya. "Memang kenapa, Mul?"
Mulya membuat wajah sebal. "Sudah ditanya, malah ditanya balik!" pikirnya.
"Ya ... ekhem." Sejenak Mulya berdehem dan berpikir apakah sepantasnya ia menceritakan masalah ini ke Rhendy? Atau malah sebaiknya dirahasiakan?
"Halah! Daripada kayak di film-film Ngerahasiain masalah dari ortu, malah bikin tambah masalah. Mending ngaku aja kali, ya."
"Jadi ... gini, Pa."
Mulya menceritakan masalah Alfi dengan detail tanpa dipotong-potong, Mulya berpikir sepertinya Rhendy memiliki koneksi yang kuat dengan berbagai perusahaan mengingat ia yang kaya raya seperti ini. Apalagi, kini Rhendy sudah menjadi ayahnya. Bukankah sebaiknya terhadap ayah sendiri ia lebih terbuka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
RomanceJika pada dasarnya jatuh cinta kepada sahabat atau teman merupakan hal yang biasa, lalu bagaimana jika kita harus dihadapkan pada perasaan yang mengarah untuk seorang kakak? Yap, kakak sendiri. Bukan sebuah cerita tentang seorang wanita atau pria d...