•
•
•"Mulya! Vania! Ayo turun! Mama udah siap masakin makanan!" teriak Natasya dari bawah.
Mulya dan Vania langsung bergegas turun ke bawah secara bersamaan.
"Wah, Mulya tetap keren seperti biasa, ya!"
Tentu saja Mulya malu-malu. "Bacot."
Natasya dan Rhendy yang telah menunggu mereka di bawah pun tersenyum tulus. Entah mengapa rasanya keluarga ini layaknya keluarga yang harmonis dan damai, dan mereka semua senang akan hal itu.
"Wah! Aroma makanannya harum banget! Gak sabar buat makan, deh!"
Itu Vania, Vania mengendus-endus aroma makanan yang tercium hingga ke beberapa area rumah.
Mulya tentu menyahut. "Iya dong, Mama gue gitu loh."
Natasya terkekeh. "Ya udah, yuk kita makan."
Mereka semua segera duduk di kursi dengan meja makan yang tertata rapi didepannya, dengan Rhendy yang memimpin doa kemudian menyuruh mereka semua makan dengan lahap.
"Vania, lo sekolah dimana? Gue lupa."
Vania meminum air yang ada disampingnya kemudian membuat pose berpikir.
"Hmm ... dimana, ya? Aku juga lupa."
Lantas Rhendy segera mengambil alih, "Vania sekolah di SMA Cemara Hijau, Mul. Kenapa? Kamu juga mau pindah kesana?"
Mulya menggeleng, buat apa dia pindah ke sekolah elit seperti itu? Biasanya, sekolah elit seperti SMA Cemara Hijau ini sangat ketat dengan pelajarannya. Nilai rata-rata mereka juga sangat berbeda dengan sekolah Mulya. Konon, katanya kalau bermasalah di satu bidang studi atau tak menuntaskan nilai di satu bidang studi tepat waktu, itu akan menyebabkan seseorang tinggal kelas. Kalau di sekolah Mulya, tak menuntaskan satu bidang studi itu masih bisa dibantu oleh guru yang bersangkutan. Lagipun di sekolah elit seperti itu peraturannya terlalu ketat, anak-anak tidak bisa terlalu bebas, apalagi buat sejenis anak nakal seperti Mulya.
"Oh, jadi dapat disimpulin kalo Vania itu anak pintar."
Mulya menatap Vania yang sedang makan dengan lahap itu, tiba-tiba ia teringat ketika mereka berdua berada di rumah sakit.
"Tatapan Vania ... aneh banget tadi."
"Mul?"
"Kayak orang ...,"
"Mul?!"
Mulya tersadar dari lamunannya. "Iya, kenapa, Pa?"
"Kamu baik-baik aja? Kok ngelamun terus?"
Menggeleng perlahan, Mulya menghabiskan makanannya sembari berbincang ringan bersama keluarga barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta
RomanceJika pada dasarnya jatuh cinta kepada sahabat atau teman merupakan hal yang biasa, lalu bagaimana jika kita harus dihadapkan pada perasaan yang mengarah untuk seorang kakak? Yap, kakak sendiri. Bukan sebuah cerita tentang seorang wanita atau pria d...