Chapter Bonus

11 2 3
                                    




Halo semua pertama-tama aku mohon maaf yang sebesar-besarnya karena terlalu lama update. 


MINAL AIDIN WALFAIDZIN EVERYONE 


Jujur waktu awal-awal gap year aku pikir bakal abisin waktu aku selama setahun buat nulis sama belajar doang taunya aku dikasih kepercayaan buat bantu usaha nenek kue nenek aku jadi sibuk banget deh :))) maafkeun. 




Nah maka dari itu sebagai permintaan maaf chapter bonus ini akan segera kita keluarkan. 


Selamat membaca, JOHAYOO EVERYONE <3 



***** 





Setelah mengantar Marsya pulang lelaki itu langsung membanting tubuhnya ke atas kasur mengacak rambutnya kasar. Mengumpat dengan bisikan kecil terus bertanya tentang keanehan yang ia alami seharian ini. Tentang dirinya yang mendadak jadi salting saat didekati Marsya, tentang dirinya yang tersenyum tak jelas hanya karena foto, tentang dirinya yang sakit hati mendengar permintaan tadi.

Kejadian tadi siang mendadak masuk ke dalam otaknya, mengingatnya saja sudah membuatnya berdebar rasanya jantungnya ingin keluar. Aaah yang benar saja walau dia sudah yakin dengan perasaannya kala itu masih saja membuatnya bertanya kenapa harus Marsya? Apa tidak ada gadis lain?

Brandon terduduk dengan cepat meraih ponselnya walau di detik yang sama membuangnya. Ingin rasanya ia menghubungi Guanlin tapi dia tahu benar apa yang akan dilakukan laki-laki itu, meminta makan dan memerasnya sebagai perjanjian tutup mulut. Ia tak ingin melibatkan Keyl kali ini melihat bagaimana gadis itu datang ke sekolah dengan kantung mata.


Si Bego, Anne is calling.....


Brandon kembali mengambil ponselnya meletakkannya di samping telinga, "Apa?"


"Don, temenin cari makan malem dong"


"Sama kakak lo aja gue capek abis nganter-


"Plis plis plis plis plis-


"Ck, iya-iya. Tunggu depan gang rumah lo, otw"


"Thank you monkey"


"Ck, bawel lo, donkey" balas Brandon mengambil jaketnya berlari menuruni tangga.


Langkahnya berhenti sebantar menyadari ponselnya kembali berdering, kenapa hari ini dia banyak mendapat telepon sih? Brandon merogoh kantung celananya sudah bersiap di atas motornya. Detik berikutnya ia menempelkan ponsel di telinganya tanpa melihat nama penelponnya, sudah biasa.

Der FeindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang