Sebelum mulai, aku mau bilang.
Selamat membaca :))
******
Marsya membaringkan dirinya di kasur menerawang jauh benar kata Keyl seharusnya ia mendengarkan dari awal Ares bahkan membangun tembok pada siapa pun yang mendekatinya tapi ia merasa paling tidak seharusnya ia berusaha.
Padahal tadi laki-laki itu melambung nya tinggi tapi ia juga menghempaskan nya di hari yang sama bahkan di waktu yang hanya selang beberapa jam saja. Fokus Marsya beralih pada ponsel nya di atas nakas yang terus memberikan notifikasi masuk tapi ia tak peduli, memilih untuk berbaring dengan laptop di depannya.
"Kan saya udah bilang gak usah balik ke sini lagi! Buat apa? Mau maksa Marsya ikut kamu lagi? Gak bisa! Hak asuhnya udah aku yang ambil" pekikan dari luar lagi-lagi membuat Marsya memutar bola matanya malas.
"Kenapa kamu maksa anak saya ikut kamu! Biarin dia memilih sendiri"
"Anak kamu?! Jelas-jelas saya yang ngelahirin seenaknya aja kamu ngomong begitu"
Marsya membanting earphone yang tak membantunya sama sekali itu mengambil hoodie abu-abu yang menutup hingga setengah pahanya. Marsya mengambil ponsel di atas nakas, menguncir kuda rambutnya, memakai celana kain hitam panjangnya. Ia membuangnya nafas berat, membuka pintu kamar.
Marsya diam di depan pintu, "Kenapa diem? Gak mau lanjut berantem?" kata Marsya sambil berjalan menuruni tangga keluar begitu saja menulikan telinganya agar tak mendengar lagi pekikan makian dari kedua orang tuanya itu.
Marsya memasang topi yang tadi ia sempat ambil di meja berjalan malas keluar dari rumah, niatnya ingin berjalan hingga keluar dari gang besar ini untuk menemukan tempat makan. Katanya stres bisa hilang dengan makanan. Marsya sampai di richeese tanpa memperhatikan sekitar ia berdiri di depan meja pemesanan.
"Fire chicken level 2, nasi sama bbq cheesy wedges minumannya air mineral aja" kata Marsya menyebutkan pesanannya sambil menunggu ia sibuk memainkan ponsel nya. Ketika pesanan siap ia membawanya ke meja yang normalnya untuk empat orang lalu duduk di sana.
Marsya melepas topinya memakan pesanannya dengan khidmat tak ingin memikirkan apa pun untuk sekarang. Merasa ada bayangan datang, Marsya menoleh kecil mendapati sosok Brandon berdiri lalu dengan cuek duduk di depannya. Brandon menggunakan kemeja kotak-kotak biru yang kancingnya terbuka memperlihatkan kaos putih di dalamnya ditambah celana jeans hitam.
"Ngapain lo?" tanya Marsya sinis.
"Makanlah, lo gak liat gue bawa makanan?" katanya jadi terbawa emosi juga.
Marsya tak menggubris, melanjutkan makan-makannya, ia tak ingin mood nya semakin hancur kalau dia beradu mulut dengan Brandon. Keduanya duduk dalam keheningan tak ada yang berkata hanya saling sibuk menyantap makanan. Brandon diam menatap Marsya yang matanya mulai terlihat berair, ia berdiri, pergi mengambil tisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Der Feind
Teen FictionDer Feind dalam bahasa Indonesia artinya musuh Kata orang hubungan keduanya bagai Korea Selatan dan Korea Utara tapi bagaimana jika ada orang yang percaya kalau mereka hanya remaja yang berselisih lalu bersatu seperti Jerman Barat dan Jerman Timur...