Chap 4 : Rahasia

28 5 5
                                    


Sudah sebulan kegiatan OSIS berjalan walau tanpa adanya kegiatan pun entah bagaimana mereka tetap bertemu di ruang OSIS meski hanya beberapa saja. Marsya sekarang merasa lebih santai, bahkan dia bisa mengejek Dhean, Seven, Vian dengan gamblang tak ada lagi kata-kata jaim di sana. Semua sudah terasa seperti keluarga bagi Marsya kecuali untuk Ares. Marsya tak ingin menganggapnya keluarga karena tidak ada kata suka jika ia adalah keluarga.

Dalam sebulan pula Marsya masih sibuk bertengkar dengan Brandon bahkan di grup chat sekali pun. Kesalahan sekecil apa pun dijadikan bahan untuk keduanya bertengkar. Hanya satu hal yang membuat mereka berdua kompak yaitu gosip. Male nama panggilan untuk Mark Edward Lee, laki-laki itu jadi ikut-ikut Jisu, berharap Brandon dan Marsya akan berpacaran nantinya.


"Jika Marsya dan Brandon berhenti bertengkar artinya ada gosip baru yang amat sangat menarik untuk diperdengarkan atau cinta sudah bersemi di antara mereka" begitulah kiranya sabda dari seorang Alexander Yohan.


Hari ini Marsya datang lebih pagi, sekolah masih sepi. Marsya tersenyum penuh semangat, kemarin ia belajar membuat cokelat bersama di rumah Keyl. Confession day merupakan acara favorite di Loyal Star yang diadakan sebulan sekali. Hari di mana semua orang bisa membuat pengakuan mereka mulai dari kebencian sampai cinta. Khusus untuk kebencian mereka harus membuat surat dan memasukkan nya ke sebuah kotak surat di lobi utama yang akan diberikan pada orang yang dituju pada keesokan harinya.

Sementara untuk pengakuan cinta dapat dilakukan secara bebas. Dan ini dilakukan sekali dalam sebulan dimulai dari masuk sekolah hingga istirahat pertama. Bisa dibilang free class resmi dari sekolah biasanya ekskul broadcast yang paling sibuk dalam hari ini. Marsya memeluk kotak berisi cokelat nya itu masih berdiri terpaku di depan gerbang sekolah.


"Bener kata orang ada setan di sini kalau masih pagi buta"


Marsya menoleh mendapati sosok Brandon berdiri di sampingnya, "Ya elo kerabatnya masa gak tau" kata Marsya jadi sebal, mood nya mendadak rusak. Mood yang ia bangun susah payah.


"Sorry ya tan, gue gak ngerti bahasa lo jadi tolong ngomong pake bahas manusia" kata Brandon meletakkan pergelangan tangannya ke telinga mendekatkan badannya ke arah Marsya.


Marsya mendecak sebal mendorong tubuh Brandon membuat lelaki itu terdorong jauh, "Jangan rusak mood gue deh, masih pagi" kata Marsya sebal.


"Ya elo juga ngapain di sini pagi-pagi kayak mak kunti aja, liat nih masih subuh" kata Brandon menunjuk ke arah jam tangannya.


"Biarin aja Sya, sabar, pantat kerbau emang suka ngomong aneh-aneh" kata Marsya menutup matanya tak mau melihat sambil memeluk kotak cokelatnya. Tersadar akan sesuatu Marsya membuka matanya langsung menoleh menatap Brandon lekat, "Lo juga ada di sini pagi-pagi buta, ngapain coba?" tanya Marsya menunjuk wajah Brandon.


Brandon menepis tangan Marsya, "Bukan urusan lo, wahai ibu kunti yang terhormat" kata Brandon, "Dah sana pergi sebelum gue bacain ayat kursi" kata Brandon melangkah lebih dulu memasuki sekolah dengan Marsya yang berusaha tak terpancing untuk mengumpat.


"Inget Sya kata kak Iriana, siapa yang tak bisa menahan emosi untuk tidak baku hantam dia yang kalah" gumam Marsya pada dirinya sendiri.

Der FeindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang