Chapter 12 Perasaan Brandon II

26 4 21
                                    

Selamat membaca kawand :))

JOHAYOOOO



******



Sampai di rumah, Brandon langsung memimpin jalan masuk ke dalam. Langkah kakinya terhenti, tersentak kaget tiba-tiba mamanya keluar dari pintu rumah. Dia bahkan hampir mengumpat. Sejak kapan ada budaya menunggu depan pintu begini? Brandon langsung megenalkan Marsya pada sang mama yang menatapnya penuh harap.


"Ma, ini Marsya temen Brandon. Ca, ini mama gue" katanya.


"Halo tante, saya Marsya. Maaf ya tante ngerepotin"


"Eh ngga kenapa-napa, tante malah seneng kamu main ke sini" ucapnya ramah menarik lembut Marsya ke dalam pelukannya


"Tante itu sering khawatir Brandon gak punya teman soalnya dia gak pernah bawa teman ke sini sih paling cuma Joanne aja" katanya melepas pelukan tersernyum hangat pada Marsya.


"Maah" keluh Brandon kakinya terhenti begitu saja saat menaiki anak tangga hendak membersihkan diri bisa melihat Marsya menatapnya dengan senyuman.


"Apa? Kenyataan, kan? kamu tuh udah sering mama bilang harus bawa temen tetep aja gak dibawa-bawa" omel mamanya.


Tak peduli lagi Brandon hanya mendesah pelan terus berlalu pergi masuk ke dalam kamar. Mamanya itu senang bergaul hanya saja wilayah komplek perumahan ini sudah lama tidak menerima mamanya, tidak bersuami. Gitu alasannya.


Lalu kenapa?


mamanya adalah sosok wanita karir yang sukses, alasannya tinggal sendiri adalah karena sang mama tak ingin lagi merepotkan keluarganya walau sampai saat ini Brandon masih tak paham alasan macam apa yang digunakan papanya untuk meninggalkan sosok mama yang sangat ia cintai itu.

Terkadang manusia suka tidak peduli dengan alasan, yang meninggalkan tak mendapat dampak apa-apa sedangkan dia yang ditinggalkan menderita karenanya.


Apa ditinggalkan itu kesalahan mamanya?


Jika iya, itu sangat tidak adil.


Brandon melempar baju seragamnya ke dalam keranjang rasa marahnya kembali. Sebelumnya dia pernah mengajak Joanne ke sini beberapa kali, paksaan. Joanne adalah sosok yang memiliki rasa penasaran tinggi pada orang-orang sekitarnya dan hubungan Brandon Joanne memang sedekat itu. Joanne bahkan hapal makanan kesukaan mamanya begitu juga sebaliknya.

Tangga demi tangga ia lewati bisa melihat mamanya tertawa bersama Marsya di dapur keduanya tampak sangat dekat. Ia tahu Marsya memang sangat sopan dan sangat mudah disukai orang tua meskipun dia sendiri tak memiliki kehidupan layak dengan orang tuanya. Hal ini bukan pertama kalinya terjadi, Bunda kak Yohan salah satu dari perempuan paruh baya yang amat sangat menyayangi Marsya.


Ya, ada banyak orang yang menyukai sosoknya.


Der FeindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang