Sedari pagi Marsya tak bisa duduk tenang, keringat bercucuran, perutnya terasa seperti di remas kuat. Marsya sakit kemungkinan karena semalam ia ikut makan pedas dengan Brandon. Rasanya Marsya ingin mengutuk Brandon jadi berlian lalu menjualnya supaya jadi kaya. Marsya bahkan tak bisa fokus, hanya terus memegangi perutnya yang melilit bukan main itu.
Bel istirahat berbunyi membuat Marsya bersyukur setengah mati. Changbin yang sadar ada yang aneh dengan Marsya menghampirinya, berjongkok di samping kursi Marsya mensejajarkan matanya dengan mata gadis itu yang meletakkan kepalanya di atas meja sementara tangannya sibuk memegangi perutnya.
"Sakit?" tanya Changbin lembut.
Tangannya terjulur memegang dahi Marsya mengecek suhu tubuhnya. Keyl yang sibuk mengelusi rambut Marsya ingin menanyakan hal yang sama.
"Perut gue sakit" keluh Marsya menenggelamkan wajahnya di atas meja.
"Mau gue beliin makan gak? Lo mau apa?" tanya Aksa ikut berjongkok di samping Changbin. Marsya menggeleng sudah terisak kesakitan.
"Mau apa? Ke UKS yuk" ajak Keyl.
"Nanti kalau udah mendingan kita pulang" kata Keyl mengelus rambut Marsya menatap teman baiknya itu khawatir.
Marsya kembali menggeleng kecil, perutnya benar-benar sakit ia merasa tak mungkin untuk berdiri.
"Ambilin minyak kayu putih gih sama beliin roti dan teh hangat" kata Keyl menggerakkan dagunya menyuruh Changbin dan Aksa keluar kelas.
"Kalian perginya sendiri-sendiri aja biar cepet, pokoknya cepet ya Bin, Sa" kata Keyl yang dibalas anggukan oleh keduanya.
Changbin berdiri diikuti Aksa di belakangnya menyempatkan diri untuk mengelus lembut pucuk kepala Marsya.
****
"Pasti tuh anak makan pedes dah" kata Changbin yang dibalas Aksa dengan anggukan.
Mengenal Marsya dan Keyl dua bulan ini membuat keduanya jadi tahu kebiasaan kedua gadis itu. Terutama Marsya, Changbin bahkan bisa menyadari hal-hal kecil yang dilakukan gadis itu.
"Tapi biasanya gak sampe begini, kan?" kata Aksa jadi curiga. Keduanya memasuki kantin, lupa pada pesan Keyl untuk bergerak terpisah saking keasyikan berbincangnya.
"Berarti makanannya pedes banget," kata Changbin berdiri di samping Aksa yang memesan teh hangat pada ibu kantin.
"Tuh anak bego apa gimana si! Udah tau gak bisa makan pedes pake sok-sokan banget, lihat, kan? Sekarang jadi sakit perut" protes Changbin.
"Siapa?"
Aksa hampir saja mengumpat kalau ia tidak memegangi mulutnya, ia menoleh mendapati sosok Brandon berdiri di belakangnya menatap keduanya penasaran, "Siapa?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Der Feind
Teen FictionDer Feind dalam bahasa Indonesia artinya musuh Kata orang hubungan keduanya bagai Korea Selatan dan Korea Utara tapi bagaimana jika ada orang yang percaya kalau mereka hanya remaja yang berselisih lalu bersatu seperti Jerman Barat dan Jerman Timur...