9. coffe latte : Kita yang dulu

58 10 0
                                    

Sore ini langit Jakarta muram, terlihat kelabu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini langit Jakarta muram, terlihat kelabu. Kini Adel sedang dalam perjalan pulang ke rumah setelah mengerjakan tugas-tugas kampus nya di perpustakaan kota. Transjakarta nampak sepi, tidak begitu banyak orang di dalamnya.


Dalam diam, pikiran Adel jauh mengingat saat-saat ia masih bersama Mahesa sebagai sepasang kekasih, Adel tahu bahwa laki-laki bernama Mahesa itu bukan laki-laki biasa, melainkan seorang idola. Banyak yang menaruh hati padanya, namun siapa sangka kalau ternyata hati Mahesa mau menerima kehadiran Adel.

Dulu saat Adel masih seorang mahasiwi amatiran yang tidak tahu apa-apa soal perkuliahan, selalu sendirian, dan selalu merasa kesepian. Namun saat itu juga datang Mahesa yang membuatnya merasa bahwa Mahesa adalah orang yang Adel cari selama ini.

"Halo, MABA ya? Fakultas mana?" Adel yang tengah melamun di kagetkan dengan kedatangan seorang laki-laki berperawakan tinggi.

"Hai kak, iya saya MABA fakultas kedokteran." Jawab Adel dengan malu-malu.

"Kenapa sendirian? Belum punya temen?" Tanya laki-laki itu lagi.

"Iyah. Sendirian juga gak papa. Lagian terkadang manusia butuh waktu untuk sendiri kan ka?"

"Yang kamu bilang memang benar, tapi kalau terus sendirian bukan hal yang baik. Kamu akan merasakan yang namanya kesepian. Dan kamu tahu kesepian adalah yang paling mengerikan sama hal nya seperti kematian."

"Saya rasa kakak salah. Dari kesepian kita belajar bahwa terkadang manusia bisa merasa nyaman. Dimana kakak akan bisa melakukan sesuatu sesuai keinginan kakak. Kesepian memang mengerikan, tapi kalau kakak bisa menghadapinya, kesepian itu akan menjadi sebuah kebahagian."

Jawaban yang Adel berikan mampu membuat laki-laki itu terpana. Sejenak ia terdiam memadangi Adel dengan penuh persaan. Adel yang merasa tidak nyaman segera membangunkan lamunan laki-laki itu.

"Halo kak, kok malah bengong? Saya duluan ya. Ada yang mesti di kerjain, dan untuk waktu yang kakak luangkan menemani saya, saya ucapkan terima kasih." Adel mengatakan itu lalu setelahnya pergi berlalu.

"Dia sama kaya kamu Nes, keras kepala." Ucap Mahesa dengan raut wajah yang nelangsa.

Begitulah awal mula Adel dan Mahesa bertemu. Setelahnya mereka tidak pernah bertemu lagi, namun bazar yang di adakan pihak kampus membuat mereka bertemu lagi. Mahesa yang semakin penasaran akan sosok Adel mulai mendekatinya. Selama dua minggu Mahesa mencoba menarik perhatian Adel. Dengan mengirimkan pesan untuk jangan lupa makan, mengirinkan video Mahesa yang sedang bernyanyi dengan gitarnya.

Waktu berjalan dengan cepat, akhirnya Mahesa memberanikan diri untuk meminta Adel menjadi kekasihnya. Ruang auditorium sengaja Mahesa kunci di dalam, lalu saat Adel datang tirai berwarna merah itu terbuka, memperlihatkan Mahesa dengan gitarnya.

"Hai, perempuan berambut panjang, yang sekarang tengah berada di hadapan laki-laki bernama Mahesa Wijaya. Untuk dirinya yang selama ini ternyata mampu membuat saya nyaman, dan hangat, untuk dirinya yang kini sedang tersenyum bahagia, izinkan saya menyatakan persaan yang selama ini tertanam dalam hati, yang selama ini sudah saya nanti."

Coffe latte ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang