19. coffe latte : jangan pergi Kalan!

57 7 7
                                    

Masih terjadi ketegangan di dalam ruang operasi, tak henti-hentinya Tira berdo'a untuk keselamatan Kalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih terjadi ketegangan di dalam ruang operasi, tak henti-hentinya Tira berdo'a untuk keselamatan Kalan. Pasalnya kalan memiliki penyakit bawaan sejak lahir, Tira tidak tahu harus bicara apa saat nanti kakaknya Tera pulang dari Bandung melihat kondisi anaknya yang seperti ini.

Adel tetap terjaga melihat Kalan dari balik jendela ruang operasi. Adel tahu ini semua terjadi karena dirinya lah yang meminta Kalan untuk datang, jika saja Adel tidak meminta Kalan untuk datang mungkin semua ini tidak akan terjadi.

Dokter dengan beberapa perawat yang masih memakai pakain operasi menghampiri Adel dan Tira yang sedang duduk termenung di bangku. Tira dengan segera bangkit dan menanyakan keadaan Kalan.

"Bagaimana keadaan adik saya dokter? Semua baik-baik aja kan?" Tanya Tira dengan suara bergetar.

Dokter itu menarik nafas panjang, mencoba untuk tidak membuat Tira dan Adel syok.

"Saat ini pasien sedang mengalami koma, karena luka tusukan yang ada di badanya sangat dalam, dan hampir menusuk ke dalam ginjalnya. Untung saja hal itu tidak terjadi. Pasien sudah menjalankan operasi besar sebanyak dua kali, dan hal itu lah yang menjadi kabar buruknya." Dokter menghentikan sejenak ucapannya.

"Semua sudah saya lakukan semaksimal mungkin. Semoga tuhan berbaik hati kepadanya. Dan saya tidak bisa melakukan apa-apa lagi." Dokter dan beberapa suster segera pergi meninggalakn ruang operasi.

Kini Adel dan Tira hanya bisa menangis dan berdo'a untuk kesembuhan Kalan. Dalam pikiran Tira ia masih ingat dulu saat Kalan kecil belajar bicara dan memanggilnya kakak. Tira masih ingat bagaimana dulu Kalan sering berbuat onar di sekolah.

Tira masih ingat kesedihan yang Kalan bagi dengannya. Namun kini adik kecil nya itu sedang berjuang untuk hidupnya.

"Gue mohon, lo haus bangun Kalan. Gue harus bilang apa sama bokap lo, gue harus bilang apa sama kak Tera, dan gue harus bilang apa sama Mahesa." Tira menangis, semua dunianya terasa hancur begitu saja. Bahkan Tira tidak ingat bahwa ia harus menghubungi Mahesa dan menjemput Rein di kosan Saga.

Setelah menenangkan dirinya, Tira berpamitan kepada Adel. Dan Tira janji, saat malam nanti ia akan kembali lagi serta membawa baju ganti untuk Adel.

Kalan juga sudah di pindahkan ke ruang rawat, namun tubuh ringkihnya itu kini di penuhi dengan alat-alat medis. Hati Adel merasa sangat sakit melihat bagaimana Kalan terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Adel berusaha menegarkan dirinya sendiri.

"Adel, kamu baik-baik aja kan sayang?" Bunda memeluk tubuh kecil Adel dalam pelukan yang hangat. Begitu pun papa yang memberikan tepukan pundak untuk Adel.

"Bunda, Kalan...Kalan bunda!" Adel menangis samba menunjuk kearah Kalan.

"Iya, sayang bunda tahu. Kamu harus kuat untuk Kalan, Kalan pasti gak mau kamu sedih kaya gini. Kamu harus kuat ya." Bunda semakin mengeratkan pelukannya.

Coffe latte ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang