Kelas pertama Adel akan mulai pada jam sepuh pagi, namun kini masih jam Sembilan pagi. Maka dari itu Adel masih punya satu jam lagi untuk beristirahat sejenak, atau ngopi di kafetaria kampus. Tiba-tiba saja Cici menghampirinya.
"Del, lo punya pacar baru?"
"Apaan sih Ci dateng-dateng bukannya tanya kabar, malah tanya soal pacar." Adel sedikit kesal sekarang.
"Gue tahu lo udah punya pacar baru kan? Anak fakultas fotografi bener kan?"
"Gue sama dia Cuma temenan. Gak lebih dari itu, lagian kalau gue pacaran sama dia kenapa ?"
"Baguslah, upss becanda kok gue. Kalau gitu gue duluan, ada yang mesti dikerjain dadah Adel sayang." Cici berlalu begitu saja setelah mengatakan kalimat yang membuat Adel kaget.
Adel sekarang tidak begitu dekat dengan Cici, saat setelah Cici membawa Mahesa kehadapannya dan mempermalukan Adel, Adel tidak pernah lagi menghubunginya. Hubungan pertemanan merea kini mulai rengggang. Tak apa lagi pula Adel sudah biasa sendirian.
Setelah Cici meninggalkan Adel sendirian. Kini Adel ingin ke toilet untuk buang air kecil. Saat Adel ingin membukan pintu, pintu toilet itu tiba-tiba terkunci, jelas ada yang menguncinya di luar.
"Hey, buka pintunya. Disini ada orang kenapa kamu kunci. Hey tolong bukain!!" Adel berteriak dengan kencang, tak lupa mencoba membuka pintu tolet yang di kunci itu. Namun nihil tidak ada respon dari satu orang pun.
"Tolong bukain pintunya. Disini ada orang, siapapun tolong!" tak henti Adel terus berteriak meminta tolong.
Hingga dua puluh menit berlalu masih tidak ada yang membukakan pintu toilet itu untuk Adel. Bahkan sedari tadi Adel tidak mendengar siapapun masuk atau keluar toilet.
Kini Adel mulai menyerah, ia menangis dengan tangan yang penuh luka, karena terus menggebrak pintu toilet. Sialnya ponsel Adel tertinggal di tas yang ia tinggalkan di perpustkaan. Kini Adel tidak tahu harus berbuat apa atau meminta tolong pada siapa.
"Tolong buka pintunya, siapapun tolong." Lirih Adel di dalam toilet.
Di bawah pohon mangga Mahesa sedang berbincang dengan Legi. Pembahasan seperti biasa tentang Mahesa yang ingin kembali pada Adel. Namun Legi malah mengatakan kalau hal itu sudah tidak mungkin bisa Mahesa lakuka.
"Udah saat nya lo lupain seseorang yang udah gak mungkin bisa kembali ke kehidupan lo Hes. Kadang merelakan sesuatu itu di perlukan, bukannya lo gak boleh egois mempertahakan. Tapi kalau sesuatu itu udah lepas dar genggaman buat apa lagi di genggam." Ucap Legi yang kini sedang memainkan gitar milik Mahesa.
"Gue tahu, tapi apa lo bisa kendaliin persaan lo? Lo gak akan bisa Leg, apalagi soal cinta dan kasih sayang." Mahesa kini bingung harus melepaskan atau mempertahankan persaannya pada Adel.
"Susah emang ngomong sama manusia batu kaya lo. Gue gak bisa bantu apa-apa buat lo."
"Gue ke toilet dulu." Mahesa berlalu meninggalkan Legi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffe latte ✔
Fiksi Penggemar(COMPLETED) ✔ 21/10/2021 Adel Dui Nanda mahasiswi fakultas kedokteran yang menjalin hubungan selama satu tahun enam bulan dengan Mahesa Wijaya kakak tingkat fakultas sastra Inggris. Selama ini hubungan mereka baik-baik saja, namun suatu waktu Mahesa...