Kondisi Agnes semakin hari semakin membaik. Kini putri tidur itu sudah sepenuhnya sadar. Ia kembali bisa tersenyum dan tertawa. Dan hal itu sangat membuat Mahesa merasa bahagia. Kini di bawah sinar matahari pagi Mahesa dan Agnes sedang jalan-jalan di taman rumah sakit.
"Esa? Yang kemarin itu pacar lo?" Agnes bertanya seolah itu pertanyaan yang mudah untuk Mahesa jawab.
"Bukan pacar, tapi mantan pacar." Mahesa masih mendorong kursi roda Agnes.
"Cantik ya, baik juga kayanya. Kenapa lo putusin dia? Gue tahu gak mungkin dia putusin lo, gue liat dari sorot matanya dia sayang banget sama lo Esa."
"Bukan urusan lo. Lagian kurang kerjaan banget nanya kaya gitu. Yang harus lo pikirin itu sekarang kondisi kesehatan lo. Lo gak mau balik ngampus?" Mahesa memberhentikan kuri roda Agnes di sebelah bangku taman.
"Gue gak mau kuliah lagi. lagian gue udah ketinggalan jauh, nanti lo skripsian sama Legi gue sama siapa? Gue mau menikmati hidup aja." Agnes tersenyum, hati Mahesa menghangat.
"Gue mau bilang sesuatu sama lo Nes." Mahesa menarik nafas panjang. Sempat terhenti untuk berbicara. Namun dengan susah payah ia membuka mulutnya untuk bicara.
"Gue minta maaf atas apa yang terjadi sama lo. Andai kan waktu itu gue gak nyuruh lo untuk datang mungkin sekarang lo gak akan ada di kursi roda ini." Mahesa menundukan kepalanya. Ia terlihat begitu lemah sekarang. Lalu tangan cantik Agnes membawa Mahesa untuk menatap wajahnya.
"Ini semua bukan salah lo Esa. Semua hal yang gue alami adalah tadir yang udah ditulis tuhan untuk gue. Jangan pernah salahkan diri lo lagi. gue mau sekarang lo bisa hidup bahagia, tanpa memikiran apa yang terjadi di masalalu. Lo bilang ke gue katanya hal pahit harus di buang jauh-jauh kan?"
Mahesa mengangguk, lalu membawa Agnes kedalam peluk besar. Dari jauh terlihat Adel yang baru saja datang dengan Kalan. Membawa keranjang buah untuk diberikan kepada Agnes. Tiba-tiba tangan Kalan menggenggam tangan Adel.
"Semua akan baik-baik aja kok nanti. Biarin prosesnya berjalan dengan menyakitkan, tapi nanti hasilnya akan buat kamu bahagia Adel." Kalan berusah meyakinkan Adel untuk mau menemui Agnes dan Mahesa.
Adel berjalan sendirian menemui Agnes dan Mahesa yang sedang berpelukan. Lalu Adel meletakan keranjang buah itu di smaping tempat duduk Mahesa.
"Halo kak Agnes, aku Adel yang kemarin ada di bangsal kak Agnes. Kak Agnes inget?"
"Iya, gue inget kok. Btw thanks ya udah mau jadi pacarnya Mahesa yang super duper nyebelin ini." Adel.
Mahesa yang mendengar itu merasa tidak enak pada Adel. Lalu segera Mahesa mengubah topik pembicaraan mereka.
"Sini duduk Del. Mau kakak beliin sesuatu buat di makan?"
"Enggak usah kak, Adel kesini cuma mua liat kondisi kak Agnes. Kalau kak Agnes baik-baik aja Adel pamit pulang kalau gitu. Cepat pulih ya kak Agnes." Agnes mengangguk dan mengucapkan terimakasih karena Adel sudah mau menjenguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffe latte ✔
Fanfiction(COMPLETED) ✔ 21/10/2021 Adel Dui Nanda mahasiswi fakultas kedokteran yang menjalin hubungan selama satu tahun enam bulan dengan Mahesa Wijaya kakak tingkat fakultas sastra Inggris. Selama ini hubungan mereka baik-baik saja, namun suatu waktu Mahesa...