09. Terlalu Lelah

165 21 0
                                    

09.

Yura Yunita-Tenang  🎧




Pagi yang cerah, tapi tidak secerah keadaan Harma. Setelah semalaman tertidur dengan mata sembab dan tangan yang penuh goresan, hari ini Harma memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Dia hanya ingin sendiri, menenangkan diri nya yang begitu kacau.

Harma beranjak dari atas kasur nya, berdiri di depan kaca besar. Penampilan nya begitu buruk, rambut acak-acakan, mata panda, kedua tangan nya penuh dengan bekas goresan pisau dan cutter.

"Ini dia, seorang Harma yang sedang berjuang melawan penyakit sialan nya. Tapi kenyataan nya, dia tidak mampu sama sekali," ucap Harma pada dirinya sendiri saat berdiri di depan kaca.

"Kenapa sih? Apakah dengan gue yatim piatu mereka merasa dirugikan? Apakah seorang pengidap penyakit self harm, tidak boleh di tolong? Apakah harus gue berjuang sendiri? Mah... Pah.... Ayo semangatin Harma!! Harma tau kalian pasti sedih di atas sana lihat Harma kayak gini, Harma janji bakal semangat lagi untuk sembuh kalau kalian datang."

Lelah. Harma terlalu lelah berdialog pada dirinya sendiri, meyakinkan pada dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan.

"Tuhan, ijinkan aku untuk ikut mama dan papa. Dunia ini terlalu menyedihkan untuk di bahagiakan."




------



"Harma kemana sih? Udah nggak masuk sekolah, ini telfon gue dari tadi nggak di angkat," kata Reyna kesal. Dia tidak tau apa alasan Harma tidak sekolah hari ini.

Reyna pikir Harma terlambat, tapi sampai jam istirahat pertama Harma tidak datang juga. Sekretaris kelas sudah mengisi kosong pada absensi Harma.

"Reyna!"

"Alex, ngapain lo ke kelas gue?" tanya Reyna yang kaget tiba-tiba sudah ada Alex di depan nya.

"Harma masuk?"

"Nggak, kenapa lo nyariin Harma?"

Alex lupa kalau Reyna tidak tahu akhir-akhir ini dia membantu Harma sembuh, Reyna juga tidak tau soal penyakit Harma.

"Ikut gue ke kantin, gue jelasin."

Alex berjalan duluan ke kantin, disusul Reyna di belakang nya yang masih kebingungan.

Setelah mereka duduk berhadapan, Reyna membuka percakapan pertama kali. "Jadi?" tanya Reyna.

"Ini sebenarnya nggak boleh di ceratain ke lo karena Harma nggak mau dia jadi beban buat lo, cuman gue juga rasa lo perlu tau ini. Jadi kurang lebih seminggu yang lalu, gue dan Harma ketemu di mall, sepertinya dia ke mall bareng lo. Dia waktu itu lagi ngelakuin hal bodoh di dalam kamar mandi dan gue nggak sengaja lihat. Hal bodoh yang gue maksud adalah Harma ngelukain diri nya sendiri dengan pisau lipat."

Reyna merasa tenggorokan nya tercekat, kaget mendengar hal ini. Berarti waktu Harma pamit mau ke toilet saat di mall, dia mau melakukan hal bodoh itu?

"Ternyata Harma mengidap penyakit self harm, akhirnya gue berinisiatif untuk bantu dia sembuh. Gue bawa dia ke dokter kenalan gue, seminggu ini udah lancar karena Harma udah sering terapi dan dia udah mulai bisa kontrol diri. Tapi, kemarin pas gue lagi di kafe sama pacar gue, pacar gue minta buat ketemu Harma. Sebenarnya gue udah jujur sebelumnya tapi dia belum percaya, dan minta buat ketemu sama Harma. Gue suruh Harma ke kafe dan Harma mau, salah banget sih gue sampai suruh Harma buat ke kafe. Ternyata pacar gue omongan nya kurang bisa di jaga, dia ngatain Harma sampai-sampai Harma suruh gue berhenti untuk bantu dia sembuh," jelas Alex.

"Lo kenapa baru bilang ke gue sih, lex?!! Kalau kejadiannya kayak gini, pasti Harma udah nggak mau ketemu sama lo. Coba aja lo udah kasih tau gue, mungkin gue yang bakal lanjutin buat bantu Harma sembuh," ucap Reyna.

"Maaf, tapi sebelum nya gue udah janji sama Harma untuk rahasiain ini semua dari lo. Tapi karena gue pikir, gue udah nggak bisa bantu Harma lagi makannya gue kasih tau lo," jawab Alex.

"Gini aja deh, pulang sekolah kita ke rumah Harma. Gue mau lo minta maaf dulu, gue yakin Harma lagi nggak baik-baik aja. Apalagi dia sampai nggak masuk sekolah hari ini."

"Oke, gue ikut. Gue juga bakal merasa gagal bantuin Harma kalau sampai dia nggak sembuh."



------



Reyna dan Alex berjalan memasuki pekarangan rumah Harma, mereka sudah di bukakan gerbang oleh pak Gani meski dengan sedikit pemaksaan karena sebelumnya Harma sudah berpesan untuk tidak membiarkan siapapun masuk.

Reyna mengetuk pintu, tapi tidak ada tanda-tanda orang yang akan membukan pintu.

"Coba buka," suruh Alex.

Reyna membuka pintu, ternyata tidak di kunci. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam.

"Harma, lo dimana? Ini gue Reyna," teriak Reyna karena melihat rumah ini sepi, tidak seperti biasa.

Harma turun dari lantai dua begitu mendengar suara orang memanggil nama nya.

"Ngapain lo?" tanya Harma.

Reyna langsung berlari menuju Harma dan memeluk nya. "Lo nggak apa-apa kan?" tanya Reyna setelah melepas pelukan nya.

"Gue sehat," jawab Harma.

"Terus kenapa lo nggak masuk sekolah?"

Belum sempat Harma menjawab, sebuah suara mengalihkan pandangannya.

"Harma," panggil Alex.

Harma menatap Alex datar, tidak ada senyuman yang menyambut kedatangan Alex seperti biasa.

"Har, gue minta maaf!" ucap Alex tulus.

"Gue maafin, sekarang lo berdua keluar! Gue lagi nggak mau di ganggu!!"

"Har, jangan gini dong," kesal Reyna.

"Terus gue harus gimana? Capek gue, apa orang kayak gue nggak berhak punya privasi?"

"Bukan gitu, kita datang kesini buat semangatin lo!!"

"Har, plis jangan kayak gini," ucap Alex memohon.

"Semangatin? Kalian salah orang deh kayak nya, gue nggak butuh di semangatin. Mending sekarang kalian pulang," suruh Harma.

"Har plis, gue bakal ngerasa gagal bantuin lo kalau kayak gini jadi nya," kata Alex.

"Lo nggak perlu merasa gagal, emang harusnya dari awal gue tolak bantuan lo. Gue bodoh banget kalau mengira ini akan mudah, nyatanya saat gue mencoba sembuh orang-orang di sekitar gue akan menjatuhkan gue lagi. Dan pacar lo benar, gue cuman anak yatim piatu yang nggak berhak bahagia sama sekali," jawab Harma.

"Gue tau lo bakal kasih tau ke Reyna soal ini, dan ya lo nggak bisa jaga rahasia sama sekali," sambung Harma.

"Gue juga berhak tau soal ini, har!!" kesal Reyna.

"Satu hal yang perlu lo tau, na. Gue nggak bisa liat lo sedih, dan hal ini sudah pasti bakal bikin lo sedih," ucap Harma menatap Reyna.

Reyna dan Alex terdiam, dia tidak tau akan jadi seperti ini. Mereka yakin Harma sudah terlalu lelah dengan semuanya, tapi mereka tidak boleh menyerah sebelum Harma benar-benar sembuh.

"Har, gue mohon jangan kayak gini. Lo pasti bisa sembuh," Alex memohon.

"Gue nggak mau sembuh!!! Stop beropini kalau gue bakal mau untuk sembuh lagi, karena jujur jauh lebih menyenangkan menyakiti diri ku dengan cara ku sendiri dari pada harus tersakiti oleh perkataan orang lain," ucap Harma sedikit berteriak.

"Pak Gani.... Pak Gani," teriak Harma.

Pak Gani langsung datang dari pintu depan, mendapati tiga orang remaja yang tengah berselisih tegang di ruang tamu.

"Ada apa non?" tanya pak Gani.

"Usir mereka berdua, saya nggak mau lihat mereka kesini lagi. Maaf na, tapi gue perlu sendirian dulu," ucap Harma sambil menatap Reyna sendu, kemudian berbalik menuju ke kamar nya.

Pak Gani langsung menarik pelan tangan Alex dan Reyna untuk keluar dari dalam rumah. Alex dan Reyna pun hanya bisa menatap punggung Harma yang berbalik dengan tatapan sendu, mungkin memberikan Harma waktu untuk sendiri adalah hal yang tepat untuk saat ini.











Tbc.

Self Harmlove [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang