10. Merasa Asing

143 20 0
                                    

10.







Ini sudah terhitung tiga hari semenjak kejadian Reyna dan Alex yang datang ke rumah Harma, dan hari ini Harma memutuskan untuk masuk sekolah. Dia tidak peduli absensi nya yang kosong, dia hanya ingin menenangkan diri nya.

Harma memasuki kelas nya yang masih lumayan sepi, sengaja datang pagi sekali agar bisa tidur sebentar. Harma melirik bangku di sampingnya, masih kosong. Itu berarti Reyna belum datang.

Harma memejamkan mata nya, menelungkupkan kepela nya di atas meja. Mencoba mencari ketenangan, dia harap tidak ada satupun hal yang akan membuat nya emosi hari ini. Semoga saja.



-----



"Har, Harma!!! Bangun!!!"

Reyna mencoba membangunkan Harma dengan menggoyangkan lengan Harma.

"Apasih??" tanya Harma dengan mata yang sayup-sayup.

"Itu pak Ardi manggil lo," cicit Reyna sambil menunjuk pak Ardi di depan sana yang sudah memberikan tatapan tajam nya kepada Harma.

"Kamu tidur di jam pelajaran saya Harma!" ucap pak Ardi tegas.

"M-maaf pak," jawab Harma gugup.

"Lo kenapa nggak bangunin gue sih na?" tanya Harma berbisik.

"Gue udah coba bangunin tadi, tapi lo nya yang nggak bangun-bangun sampai pak Ardi datang. Yaudah, gue biarin aja," jawab Reyna.

"Sialan!!" umpat Harma.

"Harma!!" panggil pak Ardi sedikit berteriak.

"I-iya pak."

"Kamu tau kan hukuman kalau ada yang tidur selama jam pelajaran saya?" tanya pak Ardi.

"Tau pak," jawab Harma lesu.

"Silahkan lakukan!!" perintah pak Ardi.

Harma berjalan keluar kelas dengan rasa malas, kenapa juga dia harus ketiduran di saat jam pelajaran guru killer seperti pak Ardi. Dengan sangat terpaksa dia harus menerima hukuman.

Harma berdiri menghadap tiang bendera, mulai mengangkat tangan kanan nya untuk memberi hormat. Dan bagian yang paling sial nya adalah, ternyata kelas 11 Bahasa 2 sedang jam pelajaran olahraga di lapangan outdoor. Untung saja Harma tidak menghadap ke lapangan ketika memberi hormat, karena jujur dia malas melihat muka Alex.




-----




"Lex! Itu bukan nya Harma ya?" tanya Rian sambil memegang bola kaki.

Alex mengikuti pandangan Rian, dari sini dia bisa melihat punggung Harma yang sedang berdiri memberi hormat. Sudah bisa Alex pastikan, pasti Harma sedang menjalankan hukuman.

"Iya, paling juga di hukum," jawab Alex.

"Yaudah ayok main!" ajak Alex kemudian melangkah menuju lapangan bola yang hampir bersebelahan dengan tiang bendera.

Guru olahraga hari ini tidak hadir, jadi kelas 11 Bahasa 2 di bebaskan untuk berolahraga. Ada yang bermain voli, sepak bola dan basket.

"Woi oper sini!!" teriak Agil, teman sekelas Alex yang menjadi lawan main nya.

"Rian, jaga woy!!" teriak Alex karena melihat Rian yang lebih dekat dengan Agil.

"Yan! Oper sini!" Alex berlari menuju gawang lawan, Rian yang mendengar teriakan Alex langsung mengoperkan bola.

Alex menerima nya dengan baik, tapi saat dia menendang bola tersebut ke gawang bola itu mengenai tiang gawang dan terpantul, melambung tinggi karena Alex menendang dengan cukup kuat. Dan bola tersebut mengenai Harma.


"Aww," Harma meringis karena bola yang mengenai belakang kepala nya.

Kepala nya sudah cukup pusing karena kurang tidur, ditambah di jemur di bawah sinar matahari, dan sekarang bola kaki yang keras mengenai belakang kepala nya. Rasanya Harma ingin pingsan saja, tapi tidak bisa.

Alex dan beberapa teman berlari menuju Harma. "Har, lo nggak apa-apa kan? Sorry gue nggak sengaja tadi kirain nggak bakal meleset kena tiang gawang," ucap Alex.

Harna hanya melirik sekilas dengan kepala yang masih berdenyut. "Santai," jawab Harma kemudian lanjut memberi hormat.

Teman-teman sekelas Alex hanya melihat Harma heran, biasanya kalau cewek lain kena bola kayak gini pasti langsung nangis atau marah-marah tapi ini tidak. Dan Alex tau apa penyebab Harma tidak mau marah-marah, itu karena Harma malas melihat Alex apalagi berbicara dengan nya.

"Ngapain kalian masih disini? Mau gue panggilin pak Ardi biar ikutan di hukum juga ha?!" tanya Harma tanpa mengalihkan perhatian nya dari bendera di atas sana.

Alhasil teman-teman Alex langsung berbalik menuju ke lapangan kembali, sedangkan Alex masih diam di tempat memandangi Harma.

"Har, gue tau lo masih marah."

Harma tidak menjawab perkataan Alex,dia sedang mencoba untuk mengontrol diri nya. Harma sudah berjanji untuk bersikap bodo amat.

Bel istirahat berbunyi, Harma langsung menurunkan tangan nya yang sudah terasa pegal kemudian berjalan meninggalkan Alex yang masih menatap nya. Ini pilihan Harma, lebih baik dia mengasingkan semuanya dan bersikap cuek agar mental nya tidak terganggu.

Alex pun hanya menatap kepergian Harma dengan sedikit rasa kecewa, karena janji nya untuk membantu Harma sembuh tidak bisa di tepati.



Harma berjalan ke kantin sendirian, dia membeli roti dan minuman kemudian kembali ke kelas, duduk di bangku nya dan mulai memakan roti.

"Harma!" panggil Reyna dari depan pintu.

Harma melirik dengan satu alis yang terangkat. "Apa?" tanya Harma.

"Loh? Tumben ke kantin sendirian?"

"Emang kalau gue ke kantin sendirian kenapa? Bakal kiamat? Nggak kan," jawab Harma.

"Lo di cariin Alex di depan, gue mau ke perpus. Byee," ucap Reyna kemudian mengambil buku dari dari dalam tas nya dan pergi menuju perpus.

"Ngapain lagi sih?" Harma beranjak dari bangku nya untuk keluar, begitu sampai di pintu dia sudah bisa melihat Alex bersandar di tembok samping pintu kelas nya dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam kantong celana.

"Cari siapa?" tanya Harma dengan tatapan datar nya.

"Cari Harma Putri Bellasqi, ada nggak?"

"Nggak ada," jawab Harma kemudian hendak berbalik tapi tangan nya di tahan.oleh Alex.

"Har pliss, jangan kayak gini. Gue nggak bakal merasa tenang sebelum lo sembuh," kata Alex sambil menatap dalam Harma.

"Kenapa?"

"Karena gue udah terlanjur janji sama diri gue sendiri kalau lo bakalan sembuh."

"Sekedar janji doang nggak bakal bisa bantu gue sembuh, kalau sama sekali tidak peduli mending lo pergi. Janji itu cuman kalimat penenang, nyata nya juga semua orang dengan senang hati jatuhin gue, dan lo nggak bisa menghalangi mereka untuk tidak jatuhin gue. Jadi, sekedar janji doang nggak ada guna nya."

"Har, gue peduli sama lo kalau gue nggak peduli nggak mungkin lah gue nawarin buat bantu lo sembuh. Pliss har, masih banyak yang pengen lihat lo sembuh. Ada Reyna, tante Ani, pak Gani dan bahkan gue." ucap Alex.

"Kita lihat nanti," jawab Harma kemudian kembali masuk ke dalam kelas nya.

Alex hanya bisa pasrah, mungkin Harma sudah terlalu banyak mengalami hal yang menyakitkan. Harus nya jika Alex bersedia membantu Harma sembuh, itu berarti dia juga harus siap melindungi Harma dari segala ucapan yang bisa membuat mental Harma rusak.
















Tbc.

Self Harmlove [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang