"BERANI-BERANINYA ANDA! CAMKAN INI BAIK-BAIK, SAYA NGGAK AKAN PERNAH SEWA JASA ANDA LAGI! SAYA BISA HIRE SEPULUH FOTOGRAFER YANG LEBIH BAIK DARI ANDA!!"
Sisy menutup panggilan dengan geram setelah berteriak nyaris tujuh oktaf dan membuatnya sakit tenggorokan. Fotografer kampret itu mungkin juga sukses membuatnya darah tinggi sekarang meski ia tidak punya riwayat tensi tinggi.
"Kalian lihat kan?! Laki-laki itu memang egois semua!" bentak Sisy.
Dua orang yang kebetulan berjenis kelamin laki-laki dan apesnya sedang mengikuti rapat saat insiden itu terjadi hanya mingkem. Tidak ada yang berani menjawab apalagi membantah Sisy. Sisy adalah pemilik sekaligus pemegang jabatan tertinggi di perusahaan itu. Dalam mode kalem saja Sisy sudah menakutkan, apalagi mode senggol bacok seperti ini.
"Dengan gampangnya dia meremehkan konsep yang sudah saya persiapkan. Dia pikir dia siapa? Kalian semua tau, kita ini wedding organizer professional. Setiap detil kita persiapkan dengan teliti. Dari lokasi, tema, wardrobe, konsep...Del!"
"Iya, Bu," Delilah, asisten kedua Sisy setelah Karin menjawab dengan was-was.
"Pecat orang yang menyewa fotografer amatir itu!"
"Maaf, Bu...dari data yang saya cek di laporan, fotografer tadi bukan amatiran. Menurut portofolio dia lulusan sekolah fotografer dan juga pernah menjuarai beberapa lomba fotografi. List pengalamannya untuk rumah mode juga banyak__"
Sisy melotot. "Saya suruh pecat ya pecat! Kenapa kamu malah ceramahin saya?!"
"Tapi Bu, yang menyewa fotografer itu__"
"Saya tidak mau tau! Pecat sekarang! Atau kamu pengen dipecat juga?!"
"Baik, Bu." Delilah mengangguk dan menutup mulutnya.
"Itu adalah konsekuensi jika kalian bekerja nggak becus. Sekarang kembali bekerja dengan benar," ujarnya tenang sambil membetulkan rambut dan mengatur pose tubuh tegak lurus dengan kursi.
Semua berdiri dari kursi rapat dan keluar dengan lega seakan baru saja keluar dari ruang eksekusi.
***
"Sedang pms apa gimana sih Bu Bos?" celetuk karyawan bernama Rini pada Delilah yang baru saja sampai di bilik setelah mereka berdua menjalani rapat horor tadi.
"Tiap hari juga Bu Sisy pms," keluh Delilah membuka lembar kerjanya di laptop.
"Iya sih. By the way siapa yang nyewa fotografernya?"
"Si Karin."
Rini melotot. "Gila aja. Itu kan asisten nomer satu Bu Sisy yang paling tahan sama tingkah ajaib dia."
"Gue tadi udah mau ngomong,tapi dia malah ngancam mecat gue juga." Wajah Delilah campuran antara perasaan galau dan gelisah. Sudah galau, gelisah pula. Double kill.
"Karin di mana sekarang?"
"Lagi di lapangan ama fotografer itu."
"Ishh, runyem. Kalau Karin nggak ada, yang gantiin bakal lo."
"Nah itu," Delilah meringis. "Udahlah, gue sampaikan aja ke HRD. Entah nanti HRD mau ngomong apa ama Bu Sisy."
"Emang mereka berani?"
"Ya nggak tau, kan bukan job desk gue. Lagian lo tega mecat temen sendiri?"
"Alah, palingan nggak jadi. Nggak mungkin Bu Sisy mecat Karin. Ntar siapa yang ngurusin dia pas di Ba___"
"Hush, balik, balik. Dia mau keluar ruangan," usir Delilah. Rini kembali duduk di kubikelnya. Mereka berdua menampilkan wajah seserius mungkin menatap layar laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Proposal (END-isi lengkap)
RomanceBisma, seorang wedding fotografer, tidak ingin menikah karena belum menemukan cinta. Sisy, seorang wedding organizer yang skeptis, tidak ingin menikah karena telah tersakiti oleh cinta itu sendiri. Mereka bertemu dan terpaksa bekerjasama meski kedua...