Jangan lupa kasi bintang dan komen, komen next juga boleh. Cuma Matchamallow penulis yang suka dikomen next 😂😂
***
Studio foto Mandala terletak di sebuah ruko dua lantai di pusat kota, memiliki tiga orang karyawan selain Bisma dan Ito. Studio foto itu awalnya milik Prasetyo. Saat muda dulu Prasetyo melayani cetak film dan juga menjadi tukang foto sederhana untuk instansi dan anak sekolahan, seperti foto-foto ukuran 2x3, 3x4 dan sebagainya. Sempat kolaps saat tergerus arus modernisasi di mana orang-orang beralih ke kamera ponsel tapi berkat Bisma yang inovatif, fungsi studio itu diubah tidak hanya untuk melayani cetak foto sederhana tapi juga kantor untuk pemasaran jasa fotografi mereka. Melalui usaha keras dan promosi yang gencar di media cetak dan sosial, studio foto mereka akhirnya bangkit kembali sebagai sebuah usaha jasa fotografer profesional.
Prasetyo membersihkan lemari kaca di sudut studio, di mana di dalamnya ia membangun semacam museum kecil berisi sejarah kamera.
Ada beberapa kamera lawas yang sebagian sudah tidak bisa dipakai lagi terpajang di sana. Juga beberapa silinder berisi film yang dulunya sempat merupakan barang wajib bagi kamera di tahun 80 dan 90an. Beberapa foto hitam putih dan polaroid juga tertata di sebuah frame kaca beserta sebuah buku album foto. Buku album foto juga dulu merupakan salah satu barang yang pasti ada di setiap rumah keluarga lawas.
"Nggak bisa gitu dong, Mbak. Bos Anda nggak bisa seenaknya memutuskan nggak membayar saya. Bagaimana pun saya sudah menyelesaikan tugas saya dengan baik. Kalau begini saya sendiri yang akan ke sana menemui bos Anda."
Dengan gusar Bisma memutuskan hubungan telepon. Di depannya tergeletak map berisi hasil foto yang baru saja dikembalikan lagi pada Bisma. Utuh, masih tersegel.
"Pagi-pagi sudah ngomel. Ada masalah?" tanya Prasetyo menghampiri Bisma.
"Bisma harus pergi sebentar, Pak. Urusan sama klien." Bisma mengambil map di meja dan kunci mobil.
"Jangan terlalu sore, Bis. Kita sekeluarga nanti malam harus menghadiri resepsi pernikahan anak keluarga Hendarto."
"Baik, Pak," sahut Bisma singkat sebelum berlalu.
***
Sisy merapikan rambut ikalnya yang sudah ditata bergelombang sekali lagi. Ia harus selalu tampil paripurna dan tanpa cela di depan klien dan anak buahnya. Kemeja putih dan celana panjang abu-abunya sudah sempurna, tanpa kusut dan kerutan. Sisy lebih suka memakai celana panjang ke mana saja kecuali jika berlibur karena ia merasa lebih berkarisma dengan itu.
Tas tangan Gucci, blazer wol, dan satu tas kanvas bergambar We Bare Bears berisi bekal dan juga beberapa camilan buahnya. Semua sudah lengkap. Memang tas kanvas bermotif tiga beruang culun itu agak jomplang dengan semuanya tapi mau bagaimana lagi, totebag hitamnya rusak karena disetrika Bik Surti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Proposal (END-isi lengkap)
RomanceBisma, seorang wedding fotografer, tidak ingin menikah karena belum menemukan cinta. Sisy, seorang wedding organizer yang skeptis, tidak ingin menikah karena telah tersakiti oleh cinta itu sendiri. Mereka bertemu dan terpaksa bekerjasama meski kedua...