Tancap gas kayak emak dan bapak Bisma.
Tekan bintang
Komen dong 💙
****
Tidak ada yang berubah pagi itu. Sisy masih Sisy yang biasa, seorang pemilik wedding organizer yang perfeksionis. Tumpukan pekerjaan Sisy sudah menggunung di meja. Sisy terbiasa mengecek satu per satu pekerjaan semua karyawannya dengan teliti agar sesuai dengan apa yang ia inginkan dan tidak melenceng jauh. Sisy juga tidak menerima saran apalagi kritik.
Tangan Sisy bekerja membuka map dan mengamati satu per satu portofolio fotografer yang diajukan. Setiap map fotografer yang tidak sesuai dengan apa yang Sisy cari langsung dibuangnya ke tempat sampah yang berada di bawah meja. Ini sudah map ke lima belas yang ia periksa dan ia tidak menemukan kecocokan sama sekali. Foto-foto sampel mereka tidak ada satu pun yang membuat hatinya tergugah meski tidak diragukan lagi mereka memotret foto yang indah.
Sisy mendesah lelah dan meregangkan otot-ototnya di kursi.
"Ya," sahut Sisy saat telepon interkom berbunyi.
"Pak Harris ingin berbicara dengan Anda, Bu."
"Baik, sambungkan, Del."
Terdengar nada pergantian sambungan sebelum seorang pria berbicara. "Bu Sisy, bagaimana kabarnya? Semoga selalu baik."
"Tentu saja baik, Pak. Semoga Anda sekeluarga juga sama. Ada yang bisa saya bantu?"
"Tentang kartu undangan pernikahan anak saya, apakah bisa dikirimkan kepada saya desain akhirnya? Anda tahu bukan saya mengundang ribuan tamu dan saya ingin semua tepat waktu."
"Akan saya kirimkan paling lambat besok siang, Pak. Kami sudah mendesain beberapa pilihan yang pasti akan Bapak sekeluarga suka."
"Excellent! Saya merasa tidak rugi menyewa jasa Anda setelah direkomendasikan. Teman saya berkata WO Anda terbaik dan saya rasa sudah terbukti. Saya tunggu email Anda besok siang kalau begitu," puji Pak Harris sebelum menutup telepon.
Sisy memijat kepalanya yang tidak pening. Sikunya bertumpu di meja. Yang meneleponnya tadi adalah ayah dari calon pengantin yang beberapa waktu lalu melakukan pemotretan pre wedding. Ia benar-benar tidak mungkin mengatakan pada mereka untuk melakukan pemotretan ulang setelah telepon tadi. Nama baik WO-nya bisa hancur dalam sekejap.
Masih dengan pose lelahnya, mata Sisy menangkap sebuah tulisan di map : HASIL PEMOTRETAN PRE WEDDING 8/05 BISMA PHOTO STUDIO. Map itu tercampur bersama tumpukan portofolio. Sisy menegakkan tubuh dan mengambilnya.
Pelan-pelan ia membuka map itu dan menarik isinya keluar. Terdapat sepuluh foto di dalamnya. Kedua pengantin tampak di dalam gambar, masih mengenakan baju hijau yang dikatakan buruk oleh Bisma si fotografer. Ternyata Bisma tidak mengubah konsep foto itu hanya saja ia menambahkan atribut lain berwarna putih yang membuatnya terlihat kontras tapi menyatu dengan padang rumput ilalang di belakangnya.
Pada foto pertama calon mempelai berada di bawah sebuah tenda putih, suasana di sekitarnya hujan dan basah. Sang calon mempelai pria memayungi mempelai wanita dengan selembar daun talas. Wajah mereka tampak tertawa lebar dengan alami menatap rintik hujan yang turun dari langit.
Sisy membalik lembar foto kedua. Kedua calon mempelai dalam posisi berdiri berhadap-hadapan. Tidak ada tenda, tapi mempelai pria melepas jas hijaunya sehingga hanya menyisakan celana panjang khaki dan kemeja putihnya. Ia sedang memakaikan syal brokat besar putih yang berkibar-kibar kepada sang wanita. Mimik wajah kedua orang itu begitu alami di foto kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Proposal (END-isi lengkap)
RomanceBisma, seorang wedding fotografer, tidak ingin menikah karena belum menemukan cinta. Sisy, seorang wedding organizer yang skeptis, tidak ingin menikah karena telah tersakiti oleh cinta itu sendiri. Mereka bertemu dan terpaksa bekerjasama meski kedua...