Malam harinya Sisy memutuskan tidak bepergian ataupun travelling dulu dan memilih tidur setelah makan malam, sehingga keesokan pagi ia terlihat segar.
Sebaliknya Karin yang baru saja tiba subuh tadi terlihat sedikit mengantuk dan kucel.
Tapi dengan kedatangan Karin, para karyawan lain yang sudah siap di sana dengan seragam WO merasa lebih lega karena Sisy pasti akan mencari Karin terlebih dulu jika ada masalah atau ada yang ditanyakan. Bisa dikatakan Karin adalah tangan kanan sekaligus penampung omelan Sisy. Sebenarnya sejak kemarin-kemarin Karin tahu bahwa ia tidak mungkin dipecat. Namun ia memang sengaja diam dan memanfaatkan waktunya untuk berlibur. Sangat sulit meminta libur barang sehari saja kepada Sisy selain hari Minggu, sehingga setiap kesempatan untuk cuti terasa seperti oase di padang pasir.
Dari Delilah, Karin tahu tentang apa saja yang terjadi hingga membuatnya dipecat. Penyebab utamanya karena fotografer bernama Bisma yang membuat bosnya sangat kesal dan juga dipermalukan habis-habisan. Kadang Karin berharap akan ada suatu keajaiban alam yang akan membuat bosnya berubah tapi sudah banyak waktu berlalu dan tidak ada yang berubah. Sisy sebenarnya seorang pimpinan yang baik dan tidak sesulit sekarang. Ia menjadi kekanak-kanakan seperti bayi sejak depresi menemukan dirinya dikhianati. Kali ini Karin sendiri yang akan berupaya mengubah bayi besar itu kembali menjadi Sisy yang dulu.
"Oke, Karin, sudah siap kan run down? Mana pengantinnya? Seharusnya mereka sudah ada di sini," tanya Sisy.
"Mereka belum datang," jawab Karin melihat ke jam tangan dan mengernyit."Hampir jam sebelas. Tak cek dulu."
"Oke, lalu bagaimana persiapan lainnya?"
Karin langsung memperlihatkan video presentasi di layar laptop di meja mereka. "Acara pernikahan kita adakan di sebelah sini, Bu. Ini panggung pelaminan, lalu di sini akan kita taruh VIP area untuk keluarga dan tamu VIP. Sebelah sini untuk band saat acara, dan DJ untuk after party."
Sisy mengangguk-angguk. "Jangan sampai ada yang terlewat."
"Jangan khawatir, Bu," jawab Karin. Ia membuka kunci layar ponsel. "Saya telepon pengantinnya dulu."
Sementara Karin menelepon, Sisy mengecek sekali lagi sejauh mana pekerjaan WO-nya. Ruang pernikahan itu memiliki kaca jendela besar yang menampilkan pemandangan pasir pantai dan laut yang biru. Langit-langitnya sangat tinggi dengan banyak lampu hias modern yang tergantung menambah kesan megah.
"Hallo, selamat siang semua," sapa Bisma yang memasuki ruangan membawa peralatannya. Wajah Sisy langsung berubah muram. Bibirnya mencebik.
"Selamat siang, Mbak Sisy." Ito ikut membungkuk-bungkuk dan nyengir sambil meletakkan tripod di sudut dinding dekat mereka. "Serem banget wajahnya, Mbak."
Sisy melotot dan menatapnya naik turun. "Ngapain kalian di sini?"
"Karena kita akan bekerjasama satu tim sebagai WO dan fotografer, kami mau koordinasi biar bisa menyesuaikan pas hari H. Katanya hari ini gladi resik, kan?" jelas Bisma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Proposal (END-isi lengkap)
RomanceBisma, seorang wedding fotografer, tidak ingin menikah karena belum menemukan cinta. Sisy, seorang wedding organizer yang skeptis, tidak ingin menikah karena telah tersakiti oleh cinta itu sendiri. Mereka bertemu dan terpaksa bekerjasama meski kedua...