Dia hanya teman. Tapi aku... mencintainya.
OoOo
D e l a p a n
《Berteman dengan Masa Lalu》OoOo
Dasar! Dia benar-benar membahasnya, aku seperti tersangka masa lalu malam ini. Namun, ya... biarkan saja. Benar kata Ardan, hati kita masih sama-sama terjebak di masa itu meski waktu yang membuat kita terpaksa lupa agar bergerak maju. Tepatnya, mungkin hanya aku yang terpaksa lupa. Ardan masih menggenggam erat kenangan lalu. Belum move on kalau kata Andini, sahabatku di Makassar. Dia sering pakai kalimat itu untuk mengolokku.
"Jadi apa kamu marah denganku? Atau mungkin membenci?"
Aku menggeleng pelan, "Nggak, untuk apa."
"Lalu kenapa selalu menghindar? Berusaha menjauh? Alasannya apa?"
"Ka.re.na... kita sudah mantan..."
"Hmm, jadi kamu tipe orang yang memilih memutuskan silatuhrahmi dengan mantan."
Aku menggeleng lagi, "Bukan..., aku nggak mau memutuskan silahturahmi, cuma..."
"Cuma?" Desaknya.
"Hgn..." sial, aku tidak menemukan jawabannya.
Ardan lantas mengelus lembut pucuk kepalaku, dia ketawa setelahnya, "Wajahmu sampai pucat. Lucu."
Aku segera menatapnya kesal, "Gimana nggak pucat. Kalau kamu membuatku seolah tersangka kasus berat!"
"Tersangka? Ha ha ha. Baik, Indah Medina tersangka kasus tahun 2015, tolong jawab pertanyaan saya tadi dengan jujur mengenai alasan tersangka selalu menghindar dari Ardan."
"Senang banget kayaknya ngeledekin aku!!"
Ardan menatapku sambil menahan ketawa, "Maaf.. ya sudah dilanjut. Tadi bilang cuma... cuma apa?"
"Pokoknya aku nggak bermaksud memutuskan silaturahmi. Aku menghindar karena aku kurang nyaman aja."
"Aku tahu alasannya Ndah."
Aku bergeming. Membiarkan Ardan melanjutkan.
"... hati kamu mempertanyakan status hubungan kita sekarang. Kamu menganggapku mantan, tapi hatimu masih.... bingung."
Bingung....? Dia memilih kata yang tepat.
"Sebenarnya aku sudah punya dua opsi yang baik... kamu tinggal memilih salah satunya."
"Apa?"
"Kita menjadi dua orang asing, seolah tidak pernah punya kisah, berusaha untuk tidak pernah bertemu, ya... sebagaimana layaknya orang-orang yang tidak kita kenal dan tahu bahwa mereka ada. Atau kita bisa memulainya dari awal sebagai teman. Seperti kamu ke Aster, ke Belgia."
Aku langsung tersendak mendengarnya. Bila menjadi orang asing seperti yang dikatakannya. Agaknya terlalu kejam. Bagaimanapun aku pasti akan bertemu lagi secara tidak sengaja dengan Ardan selama aku masih berada di Jakarta. Jadi tampak sulit mengindahkan untuk tidak bertemu dan berpura-pura tidak saling kenal.
Memang sih, aku pernah mengatakan ingin seperti orang asing baginya. Namun, kalimat itu cuma asal kulontarkan agar aku bisa menghindar dari tatapan dan pertanyaan-pertanyaannya yang selalu memojokkan perasaanku.
Untuk opsi yang kedua juga tidak bisa kuterima, mana ada mantan pacar bisa menjadi teman satu sama lain! Mungkin bisa bagi orang lain tapi tidak bisa untuk Indah Medina. Teman; itu artinya kami tertawa dan menangis bersama, saling bercerita dan berbagi beban. Setidaknya begitu arti teman bagiku. Aku tidak akan pernah sanggup melakukannya. Terkhusus jika manusia itu adalah, ARDAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespa, Me and You #2
Science FictionBila semesta kita bertemu kembali. Masa-masa itu menjelma dalam sanubari. Dan diam-diam berujung berharap lagi. Atau malah sudah tidak terbekas di hati? Terkadang tanpa di sadari, takdir membawa kita kembali pada perasaan yang masih tersisa di tempa...