Indah memintaku untuk menceritakan bagaimana pandanganku tentang dirinya. Tentu, senang hati aku akan melakukannya. Namun, tidak sebanyak bab-bab yang telah di tulis Indah. Aku takut, dia besar kepala karena terus menerima pujian dariku. Meski memang dia pantas mendapatkannya.
Baik, aku akan mulai bercerita.
Setiap hari kita bertemu dengan orang yang berbeda. Berkenalan, atau saling menyapa, atau hanya berpapasan saja. Setidaknya diantara orang-orang itu, kamu akan tertarik dengan satu orang. Orang yang tampak sama dengan orang-orang lainnya, namun anehnya ada sesuatu dalam diri orang itu yang membuatmu ingin mengenal lebih dari sekedar nama.
Dia yang ku sebutkan bernama Indah Medina. Perempuan berambut hitam panjang. Memiliki senyum tipis yang menawan. Dia lumayan tinggi dari perempuan sebayanya. Penampilannya selalu sederhana namun kelihatan serasi untuknya. Semester awal SMA tepatnya di tahun 2012, aku berada di kelas yang sama dengannya.
"Kenapa dia kelihatan lebih misterius dari teori segitiga bermuda?" Pikirku waktu itu.
Indah yang selalu menunggu bus di dekat halte sekolah, Indah yang setiap hari duduk sendiri di taman, Indah yang seperti anak kecil karena selalu menggambar pohon, awan, sawah, gunung di belakang buku tulisnya. Tidak ada yang istimewa dari kegiatannya,
Namun...
Seolah tanda tanya mengelilingi sekitarnya. Tanda tanya yang membuatku tertantang ingin mengetahui jawabannya. Sungguh, tentangnya membuatku penasaran.
Bila ditanya kenapa aku tidak berani saat itu untuk mencari jawabannya padahal sangat ingin tahu? 1. Karena dia menutup ruang untuk orang yang ingin mendekatinya, 2. Aku sedang berpacaran dengan Nina.
2 tahun terlewati, setahun sebelumnya aku putus dengan Nina, alasan kami putus sebenarnya bukan alasan yang serius, alasan sederhana sering terulang dan terus kami maklumi satu sama lain demi menjaga hubungan, tapi aku tidak bisa memaklumi alasan itu lagi. Sudah terlalu sering sehingga berujung membuat kesalahpahaman diantara kami.
Mungkin saja ini kehendak semesta membukakan jalan untukku. Aku ingat betul kejadian di hari itu, ban vespaku mendadak bocor sehingga aku terlambat sampai sekolah, dan kebetulan Indah juga terlambat. Kami di beri hukuman lari keliling lapangan lalu setelah menyelesaikannya kami sempat mengobrol meski hanya sebentar.
Sudah kuberitahu kepada Indah, bahwa senyumnya dan caranya menatapku di hari itu yang membuatku berani mendekatinya.
Suatu hari kala masih awal aku mendekati Indah. Aku memperlihatkan pada ibu foto Indah bersama Aster, "Namanya Indah, dia mudah ketawa, dia punya logika yang cukup bagus ketika menyuarakan pendapat, dan dia sangat mempertahankan prinsipnya."
"Lolos! Apalagi mirip Julie Estelle." Jawab ibu.
"Ah, ibu. Nina juga dibilang mirip Julie Estelle." Bila apa yang diceritakan Indah, ibu menjual namaku, menyebut aku yang mengatakan Indah mirip Julie Estelle.
"Eh, yang ini mirip banget! Bagaimana nyai Endang mendapatmu soal calon pacar Ardan?" Ibu memperlihat foto Indah bersama Aster kepada Nyai Endang, tukang pijat langganan ibu. Ibu sering memanggilnya ke rumah meski sedang tidak butuh pijatan.
"Yang di sebelah neng Aster?"
"Iya. Coba dinilai menurut nyai?" Kata ibu, bersemangat.
Nyai Endang manggut-manggut, setelah itu tersenyum. "Nengnya bahenol (cantik), senyumnya manis."
Kuperhatikan ekspresi ibu, dia langsung tersenyum lebar setelah mendengar respon baik dari nyai Endang. Ibu merasa bangga, padahal Indah saat itu belum tentu mau berpacaran denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespa, Me and You #2
Science FictionBila semesta kita bertemu kembali. Masa-masa itu menjelma dalam sanubari. Dan diam-diam berujung berharap lagi. Atau malah sudah tidak terbekas di hati? Terkadang tanpa di sadari, takdir membawa kita kembali pada perasaan yang masih tersisa di tempa...