Rasa sayang, khawatir, dan sabar itu tidak memiliki batas.
OoOo
S e p u l u h
《Isi pikiran lelaki》OoOo
Lelaki yang sedang duduk di pelantaran tangga depan rumah sakit segera beranjak berdiri dan tersenyum takkala melihatku.
Lantas sebuah tanya melintas di isi pikiranku, untuk apa dia ke rumah sakit sepagi ini dengan memamerkan senyumnya yang candu itu?
"Ardan? Kamu ada jadwal check up lagi hari ini?" Tanyaku. Ketika kami telah saling berhadapan.
Lelaki itu tersenyum sambil menggeleng-geleng, "Bukan. Jadwal check up ku sebulan sekali."
"Jadi unt...."
Ardan menaruh telapak tangannya ke dahiku, lalu telapak tangannya yang lain ditaruh ke dahinya sendiri, "Oke. Aman." Katanya, seperti selesai memastikan sesuatu yang mengganggu pikirnya.
Astaga! Apa-apaan itu barusan. Kenapa dia tidak bilang dulu ingin menaruh telapak tangannya ke dahiku. Bikin jantung hampir meledak saja!
"Hei! Kamu ngapain sih megang dahi orang nggak bilang-bilang dulu!"
"Mau pastikan kamu deman atau nggak. Alhamdulillah kayaknya kamu nggak deman. Oh iya, kamu merasa flu?"
"Ha ha ha... bentar-bentar, jangan bilang kamu datang sepagi ini ke rumah sakit cuma karena pengen mastiin kesehatan aku?"
"Iya. Aku khawatir gara-gara main hujan kemarin kamu jadi sakit."
Bukankah terlalu berlebihan jika sampai datang langsung menemuiku hanya untuk memastikan itu?, "Kamu bisa tanya lewat pesan."
"Kamu pernah balik pulang ke rumah karena merasa ragu apakah sudah mematikan kompor atau belum setelah memasak?"
"Hgn.. ya. Pernah."
"Untuk apa?"
"Untuk memastikan. Biar perasaanku tenang."
"Dan itu jawabanku kenapa nggak mau cuma kirim pesan, karena aku mau pastikan secara langsung. Biar perasaanku tenang seperti katamu."
"Eh bentar...., kamu menyamakan aku dengan kompor gas gitu?!"
"Ha ha ha, kamu marah nggak kalau aku mengiyakan?"
"Iya, marah!"
"Oke. Aku nggak akan mengiyakan."
"Ish! Eh, kamu udah sarapan?"
"Sudah, indung membuat bubur kacang ijo. Kamu belum sarapan, kan?"
"Kok tahu?" Kayaknya radar 'tahu segalanya' sedang dalam mode aktif.
"Kamu bertanya karena mau ajak aku sarapan bareng."
"Ish pede! Cuma nanya aja kok, bukan mau ngajak!" Kayaknya pipiku berubah serupa pakai blush on warna merah karena malu.
"Mau aku temenin sarapan?"
"Nggak usah. Aku nggak suka makan sambil dilihatin."
Ardan melihat ke arah jam tangannya. "Yaudah kalau gitu aku mau lanjut berangkat ke kampus, sebenarnya hari ini aku ada kuliah pagi."
"Terus ngapain menawarkan diri mau temenin aku sarapan padahal kamu ada kuliah pagi!"
Ardan menyengir, "Aku rela absen demi kamu."
Pantas saja rambut Ardan terlihat rapi, memakai kemeja kontak-kotak dan tas ranselnya yang kelihatan membengkak. "Ihh! Sana-sana berangkat ke kampus. Nanti kamu terlambat! Hati-hati saat berkendara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vespa, Me and You #2
Science FictionBila semesta kita bertemu kembali. Masa-masa itu menjelma dalam sanubari. Dan diam-diam berujung berharap lagi. Atau malah sudah tidak terbekas di hati? Terkadang tanpa di sadari, takdir membawa kita kembali pada perasaan yang masih tersisa di tempa...