Aris

99 6 0
                                    

Part 19

 Aris

🌷🌷🌷

Aku sontak berdiri, dengan kekagetan yang membuat tangan memegang dada. Apa dia pura-pura tidur dari tadi?

Belum sempat bertanya, Ivan menarik tanganku. Hingga tubuh jatuh, menimpa tubuhnya yang terbaring.

“Van!”

Aku berusaha untuk bangkit, tapi tangan Ivan memeluk erat tubuhku. Kepala terpaksa bersandar di dadanya. Mendengar detakan jantungnya yang nyaring di balik kaus.

“Lepasin, Van,” pintaku dengan suara pelan. Takut jika Sophia mendengar dan terbangun.

“Diamlah, saya suka begini.”

Tapi aku tidak suka. Karena ini posisi yang berbahaya. Tubuh kami rapat tanpa jarak, bukannya nyaman tapi malah risi yang ada.

Kurasakan usapan Ivan di rambut hingga punggung. Perlahan, tanganku yang berontak akhirnya terdiam. Rasanya percuma melawan, tenaga kami jauh tak seimbang.

“Ini alasan saya, tidak mau membawa Sophia bersama kita.”

Aku mendongak, dan hidungku langsung menyentuh leher Ivan. Haish. Benar-benar posisi yang serba salah. Nunduk, bibirku berada di dadanya, tengadah, leher dia yang langsung tersentuh hidung. Mengapa tubuhnya sangat tinggi, sih?

“Maksud kamu apa?” tanyaku tak mengerti. Apa dia merasa kesal karena tidur di sofa?

Bisa kulihat jika Ivan memejamkan matanya.

“Kamu menggoda saya, Lis.” Mengapa suaranya terdengar serak? Ah, mungkin karena efek bangun tidur.

“Kenapa Sophia tidak boleh ikut ke sini?” tanyaku, masih penasaran. Mengabaikan kalimatnya barusan.

Ivan mengangkat tubuhnya, sedikit bersandar, tanpa melepas pelukan. Tetap erat.

“Kita tidak bisa tidur bersama,” katanya sambil memandangku.

Mengapa aku merasa tatapan Ivan berbeda?

“O-oh, kirain apa,” sahutku dengan terbata.

Perlahan, kulerai pelukan, menciptakan sedikit jarak dengannya. Dan aku memilih duduk, saat tangan Ivan tak seerat tadi memeluk.

“Kamu tidak bisa tidur, ‘kan?” tanyanya.

Utang BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang