Sophia

116 9 0
                                    

Part 17

🌷🌷🌷

“Sophia itu anaknya Vani, Lis.”

Aku menatap Mami yang ternyata tengah tersenyum sambil memandangku.

“Maksud Mami?”

“Betul kata Mami, Lis. Sophia anakku, tapi Ivan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Jadi, Ivan itu masih bujangan.”

Nyeeess.

Seolah ada air es yang menyiram hatiku yang panas. Seketika, mataku melirik ke samping, pada Ivan. Dia tengah menyesap air minum, yang sejak aku datang telah terhidang di meja.

“Bujangan tapi gak jamin masih perjaka,” celetuk Vani.

Aku merasa wajahku memanas. Dan Mami tampak mencubit tangan putrinya itu.

“Kalo ngomong saring kenapa, sih?” Aku masih mendengar bisikan Mami.

“Daddy!”

Sophia berlari keluar dari ruangan yang sepertinya kamar gadis kecil itu. Dia melompat ke sofa, menyusup di antara aku dan Ivan.

“Ini hadiah buat Daddy sama Mommy,” ujarnya. Ada sebuah paper bag yang dijinjingnya. Kemudian menarik sesuatu dari dalamnya.

“Taraaa ....”

Baju kaus berwarna pink baby yang cantik.

“Ini buat Mommy,” katanya sambil mengasongkan baju lengan pendek itu.

“Benarkah? Wah ... cantik sekali. Makasih, Sayang,” ucapku kemudian mencium pipinya yang gembil.

Depan kaus itu bertuliskan “Mommy” dengan huruf-huruf lucu yang menggemaskan.

“Daddy juga, harus dipake,” ujar Shopia dengan tangannya merogoh ke dalam paper bag yang sama. Kaus serupa diasongkan gadis kecil itu pada Ivan. Warnanya sama, hanya tulisannya yang berbeda. Tulisannya tentu saja “Daddy”.

Aku melihat raut Ivan yang muram, dan bertolak belakang dengan Mami dan Vani. Mereka berdua menutup mulut dengan tangan, menahan tawa.

“Nah, nanti kita barengan pakenya, ya Mom, Dad,” katanya lagi. Kini dia berdiri dengan sebuah kaus berwarna sama yang ditempelkan di depan tubuhnya, berputar dan bergaya layaknya model. Tulisannya ternyata “Princess”.

“Shopia nyiapin ini dari bulan lalu. Dia semangat banget beli ini buat kalian, dan gak ada niatan buat ngasih ke aku,” terang Vani dengan wajah kesal. Mungkin Vani cemburu. Aku hanya tersenyum menanggapinya.

“Ayo, Mommy sama Daddy ganti bajunya!” Shopia menarik tanganku dan Ivan bersamaan.

Utang BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang