Hamil?

121 4 0
                                    

Part 8

Hamil?

___

Jantungku berdetak semakin cepat, saat wajahnya kini hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahku.

“Berjanjilah!"

Matanya menatapku lekat. Ada kesungguhan di sana.

Aku mengangguk. Entah apa yang merasukiku, kepala ini malah terbenam kembali di dadanya.

Hening.

.

“Lis ....”

Kubuka mata, berusaha mengumpulkan kesadaran. Ternyata ada Ayah yang sudah duduk di tepi ranjang. Memandangku yang baru saja membuka mata.

“Ayah?”

Dia tersenyum.

“Ada yang sakit?”

Aku menggeleng, kemudian beringsut duduk.

“Ayah mau ke rumah sakit dulu. Jangan banyak pikiran, dengarkan apa pun yang Ivan katakan.”

“Iya, Yah.”

Kucium tangan pria yang sudah memakai pakaian dinasnya, snelli. Sebuah kecupan kuterima di kening darinya.

Perlahan kuingat semua yang terjadi tadi malam. Ah,iya, dia mendekapku. Tapi, kapan aku pindah ke ranjang ini?

Mungkin aku pindah sambil tertidur, atau ... Ivan memindahkanku? Gak mungkin.

.

Perasaanku tidak enak, saat teringat ini tanggal berapa. Sudah satu bulan lebih kejadian itu berlalu. Mungkinkah ....

Aku bergegas menyambar tas kecil, keluar dari kamar. Dengan dada yang terasa sesak, juga pikiran yang tidak menentu, hatiku terus saja berdoa. Semoga apa yang kutakutkan tidak terjadi.

“Mau ke mana?”

Langkahku terhenti, saat Ivan menarik tanganku di ruang tengah.

“Mau ke apotek.”

Dia mengernyitkan dahi.

“Kamu sakit?”

Aku menggeleng.

“Mau beli sesuatu.”

“Saya antar.”

“Gak usah. Mana kunci mobilnya?”

Ivan menarik tanganku hingga masuk ke mobil. Dasar tukang maksa!

.

“Mbak, saya mau beli ... tespek,” kataku terbata.

Seorang pegawai apotek segera mengambil barang itu.

Ivan memang menunggu di mobil, sesuai permintaanku. Tidak mau dia tahu apa yang akan kubeli. Sebuah tespek sudah ada di tangan. Segera kumasukkan dalam tas.

Ivan tidak banyak bertanya. Hingga kami sampai di rumah.

Gegas aku masuk ke kamar mandi. Berdiri mematung, mengatur napas sejenak.

Gugup, takut.

Tapi, bukankah aku sudah biasa terlambat datang bulan? Bahkan pernah sampai tiga bulan, baru “dapat”. Segala pikiran positif berusaha kuhadirkan, bahwa aku tidak mungkin ... hamil.

Setengah hatiku tetap cemas. Walau bagaimana pun, aku telah dijamah dan sesuatu itu memasuki bagian dalam tubuhku. Semoga ada keajaiban, Tuhan berbaik hati menutup aibku.

Utang BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang