Maaf

138 7 0
                                    

Part 20

 Maaf

🌷🌷🌷


“Daddy!”

Aku menoleh ke belakang, dan melihat Sophia berlari menuju seseorang.

“Ivan,” gumamku sambil menatap padanya.

Ivan menatapku tajam, lalu menunduk saat Sophia memeluk kakinya.

“Sudah jajannya?” tanya Ivan pada Sophia yang bisa kudengar jelas.

Kupejamkan mata, menghalau rasa tak enak hati yang tiba-tiba menyergap. Apalagi sekarang kurasakan tangan dipegang oleh Aris.

“Ayo, pulang!” Suara Ivan terdengar pelan, tapi terdengar tegas. Dia menggendong Sophia dengan satu tangannya. Sementara matanya menatap tajam sekali lagi pada Aris.

Aku menepiskan tangan Aris seketika. Lalu, mengambil tas kecil yang masih berada di bangku taman. Tanpa menoleh, kuabaikan Aris yang entah bagaimana sekarang keadaannya.

Aku dan Sophia duduk di jok belakang, dan Ivan mengemudi menuju rumah. Hanya sebentar, kami sudah berada di halaman.

“Ayo, kita bereskan barang-barang Sophia, lalu kita pulang.”

Deg!

“Van?” Aku menatap Ivan dengan nanar. Apa maksud dia dengan pulang?

Tangan Ivan terus bergerak memasukkan pakaian dan mainan Sophia ke dalam tas besar. Sama sekali tidak menghiraukanku.

Pikiranku berkecamuk, rasa takut pun ikut menghinggapi.

Saat Sophia sedang fokus dengan mainan di atas kasur, kupegang tangan Ivan dan memaksanya menatap ke arahku.

“Van, kamu marah?”

“Menurut kamu?” Suara Ivan terdengar datar dan dingin. Dia melepas tangannya yang kupegang, tanpa menatap sedikit pun.

Dia pasti salah paham.

“Aku jelasin semuanya, Van. Jangan marah kayak gini!” pintaku. Mungkin nada suaraku mulai meninggi. Aku panik, tak mau jika Ivan berpikir macam-macam tentangku dan Aris tadi.

Tapi, Ivan malah beranjak ke kasur, menghampiri Sophia. Menggendong anaknya yang masih memegang boneka.

Utang BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang