Bag. 36 : Ibukota Provinsi Jawa Barat

195 4 0
                                    

DEAR READERS...

TINGGALKAN PENGALAMAN MEMBACA KALIAN DI KOLOM KOMENTAR!

TINGGALKAN PENGALAMAN MEMBACA KALIAN DI KOLOM KOMENTAR!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Welcome to Bandung!"

Seolah kedatangan tamu agung, Saga menyambut dengan teriakan heboh saat Lavita baru saja melakukan stretching. Meregangkan otot-ototnya yang kaku dan menggeliat bak bayi terlepas dari bedongan. Sambutan sederhana dari warga Bandung keturunan Jawa asli.

"Enak, yaaa... tidur di Jakarta, bangun-bangun udah di Bandung aja." Dhika nyinyir.

"Sirik aja sih, Mas!" Lavita memukul pelan lengan Dhika, namun ia pura-pura mengaduh kesakitan.

"Apa sih, Mas. Lebay banget deh!" cemooh Lavita ketika Dhika sengaja berpura-pura.

"Masih jauh nggak, Kak?" Sekarang giliran Lavita bertanya ke Saga yang masih fokus dengan setirnya.

"Sekitar lima kilometeran lagi. Kenapa, Lav?"

"Mampir minimarket dulu, Kak. Pengin beli minuman dingin," pinta Lavita. Ia meletakkan kembali botol minumnya ke tempat semula. "Bawa minum tapi udah nggak dingin."

"Iya itu nanti depan ada minimarket, kok. Kita mampir dulu."

Tak berjarak lama, Saga menepikan mobil memasuki pelataran minimarket berlogo B dengan warna kombinasi merah kuning hijau.

Fokus Lavita teralihkan ketika di depan mobilnya ada sebuah gerobak penjual batagor yang membangunkan seleranya. Ia bergegas turun dari mobil bukan untuk masuk ke minimarket, melainkan menghampiri penjual batagor itu.

"Tadi katanya minta minuk dingin, sekarang malah beli batagor," lontar Saga ketika mendapati Lavita justru berlari ke arah penjual batagor.

"Lo salah parkir." Dhika terkekeh dan menepuk pundak Saga. Lalu masuk ke minimarket.

Saga hanya bergeleng kepala dan akhirnya lebih memilih menyusul Dhika.

Sementara Lavita, ia memesan batagor kuah dan batagor dengan sambal kacang. Sembari menunggu, ia berbincang sedikit dengan penjualnya.

"Mang, jualan batagor sekarang pakai headset dan handytalky, ya?" tanya Lavita polos. Sedangkan si penjual batagor sibuk meracik pesanan Lavita.

"Oh, ini teh buat dengerin radio, Neng." Penjual batagor itu menunjuk headset yang terpasang pada telinga kanannya.

"Kalau ini..." tunjuknya lagi ke arah handytalky yang ada di sela-sela kantong celananya. "Untuk komunikasi sesama penjual, Neng. Kadang juga sama si bos," ungkap si penjual yang dipercaya begitu saja oleh Lavita.

"Hebat ya, penjual batagor sekarang. Udah modern."

"Iya, Neng. Apa ya, namanya. Itu teh.. naon, ya. Golbalsasi. Iya! Golbalsasi," ucap si penjual.

OK, FINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang