Bag. 25 : Lara Hati

728 315 1.3K
                                    

DEAR READERS...

TINGGALKAN PENGALAMAN MEMBACA KALIAN DI KOLOM KOMENTAR!

"Ada yang nggak beres sama tu anak!" Adelia berspekulasi sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ada yang nggak beres sama tu anak!" Adelia berspekulasi sendiri.

Putra dan Gisca saling tatap penuh tanya. Gisca hanya mengangkat bahu sedangkan Putra hanya bergeleng kepala.

Tanpa menunggu jawaban dari kedua temannya, Adelia langsung berlari menyusuli Saga dan meninggalkan Putra dan Gisca.

"Ga! Saga!" panggil Adelia sambil berlari mengejar Saga.

Saga yang merasa namanya dipanggil, menoleh ke arah belakang, dan ternyata Adelia sedang berlari ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Saga dengan ekspresi datar.

"Lo yang kenapa?"

"Gue cuma pusing."

"Lo sakit?" Adelia mengulurkan tangannya ke arah kening Saga hendak memeriksa suhu badannya, namun dengan cepat Saga langsung menepisnya.

"Gue cuma pusing aja," ucap Saga dengan pelan lalu beranjak pergi dari hadapan Adelia, namun dengan sigap Adelia masih bisa meraih pergelangan tangan Saga.

Dengan terpaksa Saga harus menghentikan langkahnya. Lantas ia membalikkan badannya menghadap ke Adelia.

"Apa lagi, Del?"

"Lo kenapa sih, Ga?"

"Gue cuma pusing, butuh istirahat," tegas Saga sembari tangan kirinya berusaha melepaskan tangan Adelia yang ada dipergelangan tangan kanannya.

"Lo nggak kaya biasanya, Ga?" Adelia tetap kekeh bertanya kepada Saga.

"Del, gue baik-baik aja." Saga senyum dengan terpaksa. Mata yang begitu sayu menandakan bahwa sebenarnya dia sedang tidak baik.

"Saga!" teriak Adelia. Namun Saga tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan Adelia.

Disisi lain, ada dua pasang mata yang menyaksikan kejadian barusan.

Benar. Sepasang mata itu adalah milik Lavita. Mata yang memanas dengan sekuat tenaga menahan agar air matanya tak jatuh, namun akhirnya dengan mulus meloloskan butiran bening dari sudut matanya. Sedangkan, sepasang lagi milik Gusti yang berdiri tepat di samping Lavita.

Sepuluh menit yang lalu, setelah selesai menemui Pak Huda, Lavita berencana ke kantin untuk sekedar mentraktir Gusti karena sudah membantunya. Seketika mood-nya hancur setelah menyaksikan apa yang terjadi di depan matanya.

"Lav?" tegur Gusti yang berdiri di samping Lavita.

"Gus, anterin gue balik," pinta Lavita dengan nada sedikit menekan.

Belum sempat Gusti menjawab, Lavita sudah berjalan mendahului Gusti. Dengan kasar, tangannya menghapus air mata yang jatuh sempurna mengenai pipinya. Lavita menangis.

OK, FINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang