Bag. 32 : Perjalanan Pulang

477 130 1.2K
                                    

DEAR READERS...

BERHUBUNG HARI INI ADALAH HARI BAHAGIA SAYA KARENA SUDAH MENAMBAH +1 UMUR SAYA, SAYA UPDATE CERITANYA DUA KALI. SEMOGA TETAP BISA KALIAN NIKMATI YA!❤

JANGAN LUPA SELALU TINGGALKAN PENGALAMAN MEMBACA KALIAN DI KOLOM KOMENTAR!

JANGAN LUPA SELALU TINGGALKAN PENGALAMAN MEMBACA KALIAN DI KOLOM KOMENTAR!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Posisi matahari sedikit lagi akan tepat berada di atas kepala. Terik panasnya menyinari bumi hampir 34° celcius. Dengan kata lain, hari itu cuaca — mungkin, sedang bisa diajak bersahabat oleh para petani yang sedang menggarap sawahnya.

Lavita melirik pergelangan tangannya. Jarum panjang pada benda berbentuk lingkaran itu bahkan hampir menyamai posisi dengan jarum pendeknya.

Ia merogoh kantong tasnya, berusaha mencari benda pipih yang dilapisi sesuatu yang lentur dengan skesta wajahnya dan Saga.

Setelah berhasil mendapatkan apa yang dicari, ia segera membuka screenlock dan bergerilya di atas permukaan datar itu. Menjamah aplikasi WhatsApp dan bergegas mengirimkan pesan singkat.

Lavita
Mas, otw!

Belum ada tanda - tanda pembalasan dari seberang nomor itu. Lalu, Lavita membuka chat room dengan Saga. Menginggalkan pesan :

Lavita
Aku udah kelar
Km dimana?

Saganteng
Ok.
5 menit.

Menit berikutnya, notifikasi pesan dari Dhika muncul di pop up tampilan layar depan.

Mas Dhikayang 🐽
15 menit otw.
Adek makan dl.

Tak berniat untuk membalasnya, Lavita memasukkan benda pipih itu lagi ke dalam kantong tasnya.

Lavita mengedarkan pandangan ke penjuru ruang kelas yang nampak sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang masih stay di dalam ruangan.

Kiara pun sudah tak nampak batang hidungnya. Semenjak ujian berakhir, ia pamit untuk pulang terlebih dulu karena salah satu saudaranya ada yang meninggal.

Tak lama Saga pun menampakkan dirinya di depan kelas Lavita. Tanpa mengulur waktu, Lavita segera menghampiri pujaan hatinya itu yang telah bertengger di ambang pintu.

"Ayok!" ajak lelaki itu seraya mengulurkan tangannya.

Lavita menerima uluran tangan tersebut, lalu membalas genggamannya. "Suruh Mas Dhika, makan dulu," katanya seraya menatap Saga dengan penuh pengharapan layaknya anak kecil meminta permen kepada sang ibu.

OK, FINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang