Bag. 34 : Family Time Dadakan

213 7 16
                                    

DEAR READERS...

MAAF, UNTUK BAGIAN INI MUNGKIN CERITANYA AKAN TERLALU PANJANG. SEMOGA KALIAN BISA BACA SAMPAI AKHIR DAN MENGAMBIL HIKMAHNYA.

______________________________________

TINGGALKAN PENGALAMAN MEMBACA KALIAN DI KOLOM KOMENTAR!

"Dari sini ke rumah, kita naik apa, Mas?" tanya Lavita setelah mereka keluar dari kereta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari sini ke rumah, kita naik apa, Mas?" tanya Lavita setelah mereka keluar dari kereta.

Ini adalah kali pertamanya ia naik KRL. Selama ini, ia selalu menggunakan kendaraan pribadi atau sekedar diantar jemput.

"Naik angkot. Mau?" Dhika memastikan adiknya tersebut.

"Ya udah, nggak apa-apa, Mas."

"Beneran? Atau mau pakai taksi aja?"

"Beneran, Mas. Naik angkot aja."

"Tapi jangan bawel ya, kalau naik angkot. Jangan ngeluh juga."

"Iya, Mas."

"Oke."

Akhirnya mereka keluar dari stasiun dan mencari pangkalan angkot yang terdekat. Mereka harus menyebrangi jalan untuk sampai ke pangkalan angkot tersebut.

Karena jalanan siang itu sangat padat, Dhika menggenggam tangan adikknya saat ia akan menyebrang.

"Pejaten! Prasmul! Pasjum! Lebak Bulus! Langsung berangkat, ayok!!" teriak seseorang yang diduga kernet angkot.

"Pejaten! Prasmul! Pasjum! Lebak Bulus!!" teriaknya berkali-kali.

"Kemana, Bang?" tanya kernet ketika mereka baru saja tiba di pangkalan angkot.

"Lebak Bulus, Bang."

"Naik ini, Bang. Langsung berangkat!" tunjuk kernet itu.

"Naik, Dek." Dhika mengajak adiknya untuk naik angkot yang ditunjuk kernet tadi.

Mereka memilih duduk di bagian paling belakang.

"Ini sampai rumah, Mas?" tanya Lavita.

"Nggak. Ini nanti turun di pertigaan kompleks. Nanti masuknya jalan kaki aja," jelas Dhika.

Tak perlu menunggu lama, angkot yang mereka tumpangi sudah mulai penuh dan siap untuk berangkat.

"Jangan mabok, ya," ledek Dhika kepada adiknya.

"Biarin aja. Nanti maboknya ke Mas Dhika aja."

"Enak aja!" timpal Dhika sembari menyentil kening Lavita.

◼ ◼ ◼

Satu jam kemudian.

"Pertigaan depan, kiri, Mang!" Dhika memberi interupsi kepada supir angkot supaya berhenti.

OK, FINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang