21. Being Idiot

667 55 61
                                    




Tetes hujan tak lebih pilu dari tangis Sera semalam. Ia merasa bahwa dirinya adalah sampah. Dan tentu saja pagi ini tidak akan secerah biasanya.

Aura Loey yang penuh amarah dalam kebungkaman membuat Sera, Jackson dan Wendy bergidik ngeri. Pria itu memang marah tapi ia tidak bisa lepas tangan jika situasinya sudah separah ini.

Loey menyeruput kopi dan melihat ponselnya terus menerus. Ia merasa tidak sudi melirik pada anak-anaknya tapi hati kecilnya tidak tega. Ini juga salah Loey, pikirnya.

"Sera, Mami akan mengantarmu ke rumah sakit." Kata Loey dengan nada yang tegas dan tak bergetar sama sekali.

Sera hanya mengangguk.

"Setelah ini urus surat pengunduran diri dari sekolahmu. Daddy sudah mencari tahu prosedurnya, kau hanya perlu mengirim surel pada guru Shin dan mengisi formulir di website sekolah. Pastikan jangan ada yang terlewat."

Sera kembali mengangguk. Kali ini sembari meremat sendok yang ia pegang. Kebetulan bubur kedelai menjadi menu sarapannya pagi ini.

"Jackson, tetap berangkat ke kelas menembak. Tapi jika Daddy tahu kau menggunakan pistolmu secara sembarangan lagi. Maka Daddy yang akan menembakmu lebih dulu!"

Jackson mengangguk.

"Jika kalian tidak patuh dengan aturan Daddy, lebih baik kalian pergi dari rumah ini dan menjadi gelandangan! Lihat perjuangan Mami kalian sebelum berbuat seenak jidat kalian! ini terakhir kali Daddy memberi kesempatan, ingat!"

Jackson dan Sera bersamaan mengangguk.

"Jack.. jika sudah selesai sarapan, kau bisa berangkat ke sekolah nak. Jangan sampai terlambat eum?" Wendy memasuki obrolan yang kaku karena ulah Loey.

"Jackson berangkat Dad, Mami, Noona! Selamat pagi!" kata Jackson mengambil tas punggung dan memakainya. Lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

"Dad, setelah ini aku berangkat mengantar Sera ke rumah sakit. Jika siang belum kembali, kau bisa menyiapkan bir dan camilan yang ada dikulkas untuk tamumu nanti. Ayo Sera bersiap-siaplah dulu.." Wendy benar-benar gambaran ibu yang paling sabar sedunia.

Sera mengangguk dan bangkit dari duduknya dengan mulut yang rapat.

Wendy tersenyum melihat Loey yang menangkup wajah dengan tangan besarnya. Pria itu sungguh merasa tersiksa, disatu sisi ia harus tegas pada anak-anaknya, disatu sisi wajah anak-anaknya yang sedih justru menusuk hati.

Wendy bangkit dan menghampiri dimana Loey duduk. Dengan jemarinya yang indah Wendy mencoba memberikan energi dengan sentuhan dipunggung Loey.

"Semua akan baik-baik saja. Ada aku bersamamu.. tidak apa-apa." Kata Wendy.

Loey menarik Wendy agar duduk dipangkuannya kemudian menyerukan wajahnya didada Wendy.

Loey menghirup aroma tubuh Wendy yang menenangkan. Aroma yang mampu membuatnya jatuh cinta. Dan payudara yang selalu menjadi favoritnya dari dulu.

Wendy membiarkan apapun yang Loey lakukan padanya. Termasuk menyembulkan satu payudara Wendy dari cupnya.

Kebetulan Wendy sudah bersiap untuk ke rumah sakit. Sehingga ia telah menggunakan kemeja merah maroon dan celana panjang putih kullot.

Mudahlah Loey mengeluarkan payudara Wendy hanya dengan membuka dua kancing paling atas. Wendy tersenyum dan berkali-kali menciumi kepala Loey.

"I love you Dad, today, tomorrow and forever." Kata Wendy sebelum akhirnya ia mendesah "Euhhh pelanhh.."

Loey's Wife Struggles (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang