VAVA | 05

143 38 5
                                    

Saat Vano hendak mendudukan diri nya di kursi Nina menahan nya.

"Vano, Vano, berhenti jangan dulu duduk, coba mundur dikit," titah Nina dengan tangan yang menyuruh Vano untuk mundur.

Vano yang bingung langsung menurut dan memundurkan tubuh nya kebelakang.

Sementara itu Vara masih saja menunduk, tidak tertarik untuk mengangkat kepala nya sedikit pun, untuk melihat apa yang tengah orang tua nya dan orang tua Vano sekaligus Vano lakukan.

"Kenapa tan?" tanya Vano penasaran karna tiba-tiba saja Nina menyuruh nya untuk mundur.

Nina menggeleng pelan sambil tersenyuman manis.

"Ganteng nya kelewatan," ujar Nina sambil kedua tangan nya di topang di dagu, lalu kepalanya di goyangkan ke kanan dan ke kiri, ditambah dengan ekspresi yang dibuat semengemaskan mungkin oleh Nina.

Mendengar itu Vano tertawa lalu mendudukan diri nya di kursi yang telah di sisa kan untuk nya.

Sementara itu Agra, Jhony, dan juga Erika kompak memasang ekspresi jijik melihat Nina melakukan hal itu.

Bagaimana dengan Vara? Tentu saja Vara masih tidak tertarik dengan apa yang tengah terjadi di sekitar nya dan masih memilih menundukan kepala nya.

"Ma stop jangan gitu, mama buat kita mual, masa makan aja belum tapi udah mual," peringat Agra yang malah membuat Nina kesal.

"Eh emang bener ma. Iya kan, Nina buat kita mual, padahal makan aja belum," ucap Agra. Jhony dan Erika kompak mengangguk setuju apa yang Agra ucapkan.

Vano menggelang pelan melihat para orang tua, lalu setelah itu Vano mengalihkan atensi nya pada Vara yang sedari tadi masih saja menunduk.

Vano benar-benar merasa aneh dengan Vara yang sedari awal dia datang masih saja menunduk.

"Vara" panggil Vano. Vara mengangkat kepala nya lalu mentap ke arah Vano dengan tatapan yang Vara buat sedatar mungkin untuk menutupi ke gugupan nya.

Melihat Vara yang seperti tidak tertarik saat dipinggil Vano membuat Nina ikut nimbrung dalam percakapan antara Vano dan Vara.

"Aneh ya liat si Vara kaya gitu ke kamu?" tanya Nina tiba-tiba. Dengan spontan Vano mengangguk setuju.

Sementara itu Vara masih saja memasang wajah datar nya di hadapan Vano.

"Vara senyum. Jangan datar gitu muka nya," bisik Nina sambil mencubit pelan lengan Vara. Setelah itu Nina menatap sekitar sambil tersenyum kikuk.

"Aw sakit" ringis Vara pelan lalu mengusap bekas cubitan Nina.

"Lebay orang mama nyubit nya pelan juga" bisik Nina lagi.

Vara mengontrol ekspresinya lalu kembali memasang ekspresi datar di hadapan Vano.

"Ih kamu ya di bilangin senyum juga malah gitu lagi muka nya, buat apa tuhan ciptain kamu jadi segood looking ini kalo gak di manfaatin dengan benar." Vara mendengus lalu mengukir senyum terpaksa untuk ditunjukan kepada Vano, agar ibunya itu merasa puas.

"Nah gitu dong," bisik Nina kembali.

Vano menatap Vara lekat.

"Ngobrol nya kita stop dulu disini ya, kita lanjut lagi nanti kalo udah habisin makanan nya," ujar Erika.

Lalu mereka semua mulai memakan apa yang sudah Erika sajikan di meja makan.

Suasana pun sedikit tenang hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.

Sementara itu Vano masih saja menatap Vara lekat dengan tatapan yang menunjukan bahwa rasa itu masih sama saat mereka masih kecil dulu tatapan yang menunjukan betapa besarnya cinta Vano pada Vara, dan tidak tertarik melihat ke arah lain selain Vara.

VAVA [Vano & Vara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang