VAVA | 06

148 30 3
                                    

Vano tengah berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit dengan setelan jas Dokter yang melekat pada tubuh nya.

Melihat ruangan Pasien dengan nomor VVIP ¦04 Vano segera mengetuk lalu melangkahkan kaki nya untuk memasuki ruangan tersebut.

"Kamu lama," rengek Yena, pasien Vano sejak 2 tahun lama nya.

Ya, Yena dan Vano awal nya memang sebatas Dokter dan Pasien tapi setelah 1 tahun Yena di tangani oleh Vano, mereka menjadi akrab dan berteman, terlebih lagi usia mereka hanya beda 1 tahun dan selama 5 bulan ini Yena di pindahkan ke Rumah Sakit Singapura terlebih dahulu untuk penanganan yang lebih intens karna kanker yang ia derita selama ini, dan kini ia telah kembali di tangani oleh Vano.

"Maaf, tadi aku pulang cepet jadi waktu kamu telpon udah disini aku gak bisa langsung nyamperin kamu," jelas Vano.

"Gitu ya, gak papa deh yang penting sekarang aku udah bisa sering-sering ketemu kamu lagi, kan sekarang Dokter yang nangani aku kamu," balas Yena dengan senyum manis nya.

"Orangtua kamu?" tanya Vano sambil melihat sekeliling ruangan gadis itu.

"Oh mami sama papi lagi pulang dulu nanti juga balik lagi" jawab Yena santai.

"Terus keadaan kamu sekarang gimana?" tanya Vano lagi.

"Aku baik. Malah semakin baik setelah aku lihat kamu," jawab Yena seada nya.

"Kalo gitu bagus dong, aku harap kamu cepet sembuh, gak enak juga kan kalo lama-lama di Rumah Sakit," ucap Vano sambil mengelus pelan puncak kepala Yena, merasa nyaman dengan elusan Vano Yena sampai dibuat meram.

"Istirahat ya, aku mau balik ke ruangan aku, kalo ada apa-apa panggil aku aja," Yena mengangguk padahal hati nya tidak rela jika harus di tinggal Vano.

Vano melangkahkan kaki nya ke luar dari ruangan gadis itu.

Melihat Vano keluar dari salah satu ruangan membuat Adres buru-buru memanggil nya.

"Vano"

Vano menoleh, lalu menunggu Adres untuk menghampiri nya.

"Lah bukan nya tadi lo udah pulang. Kok sekarang disini?" tanya Adres heran.

"Gue tadi udah pulang sebener nya, cuma ternyata Yena hari ini balik dari Singapura, dia telpon gue buat gue samperin dia, dan ya sekarang gue disini,"

"Bela-belan banget lo sampe datang ke sini cuma karna di telpon dia,"

"Wajar aja, dia kan Pasien sekaligus temen gue,"

"Lo yakin dia cuma anggap lo Dokter plus temen lo?" Vano mengangguk yakin.

"Emang bener ya lo udah kelewat bucin ke si Vara sampe gak peka ada orang lain yang liat lo lebih dari sekedar Dokter plus temen,"

"Maksud lo?" tanya Vano.

"Selain bucin lo juga bego, bisa-bisa nya lo sebut gue bego waktu itu padahal lo sendiri lebih bego dari gue," Vano mendengus.

"Sialan, kok lo malah jadi hina gue" kesal Vano sambil memukul bahu Adres.

Adres mengedik kan bahu nya acuh.

"Lo mau balik ke ruangan lo?" tanya Adres. Vano mengeleng, padahal tadi diri nya pamit pada Yena akan pergi ke ruangan nya.

"Terus?"

"Mau balik ke rumah lah kemana lagi"

"Tumben balik ke rumah"

Vano tersenyum lebar, "Gue tau nih apa yang buat lo balik ke rumah," kata Adres. Vano mengangkat alis nya satu.

VAVA [Vano & Vara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang