VAVA | 10

99 27 8
                                    

Erika mengetuk pintu kamar Vara sambil sesekali memanggil namanya.

"Masuk aja tante gak Vara kunci kok"

Lalu Erika melangkah masuk kedalam kamar, disana ia melihat Vara yang tengah tiduran dengan posisi tengkurap, mata menatap lurus pada layar laptop dengan tangan yang sibuk menscrol isinya.

Erika mendudukan dirinya ditepi ranjang. Lalu ia mengusap lembut surai Vara.

"Lagi sibuk?"

Vara menggeleng pelan lalu mengubah posisinya menjadi duduk menghadap Erika.

"Enggak tan, kenapa?" Erika tersenyum lalu menggeleng.

"Kamu jarang banget keluar kamar kalo Vano dirumah" Vara membulatkan matanya terkejut dengan penuturan Erika, setelah itu ia langsung mengontrol ekpresinya.

"Enggak kok tan, itu persaan tante aja kali" Vara tersenyum canggung.

"Tapi tante beneran ngerasanya gitu, kamu jarang keluar kamar kalo Vano dirumah," Vara bingung harus membalas apa.

"Kamu hindarin Vano ya?" Vara menggeleng, padahal memang faktanya seperti itu.

"Kalo emang kamu hindarin Vano gak papa, tante tau kamu hindarin Vano pasti ada alsannya, tapi terlebih apapun itu alasannya, kamu jangan terlalu menghindar ya,"

"Kamu tau Vano itu sayang kamu tulus, dia mau terus ada dideket kamu biar dia bisa jagain kamu kaya dulu,"

"Tante juga kangen liat kalian ketawa bareng, kangen liat kalian berantem gara-gara hal kecil dan berakhir Vano yang selalu minta maaf, pokoknya tante kangen sama momen sweet kalian," Erika tersenyum dengan mata yang menatap Vara lekat dan tangan yang megelus lembut surainya.

Vara membisu. Ia bingung harus membalas apa, sebenarnya Vara menghindari Vano hanya karna ia tau Vano menyimpan perasaan padanya, memang hal sepele tapi ia memiliki trauma di masa lalu hingga menjadikan dia membenci laki-laki yang dengan terang-terangan menunjukan perasaannya.

Dulu sebelum Vara bertemu dengan lelaki bajingan gila itu, ia memang memiliki perasaan yang sama seperti Vano sekarang, tapi itu dulu, setelah bertemu dengan lelaki bajingan gila itu ia menjadi trauma jika ada lelaki yang dengan terang-terangan menunjukan perasaannya, termasuk pada Vano sekalipun yang notabene nya sudah kenal sejak dulu, tapi bisa sajakan Vano yang sekarang berbeda dengan Vano dulu, jika ia menerimanya maka Vano akan sama seperti lelaki bajingan gila itu. Hanya memikirkannya saja membuat Vara menggeleng kepala takut.

"Ra" Vara menatap Erika lalu tersenyum manis.

"Vara usahain ya tante" Erika mengangguk senang.

"Kalo gitu ayo ke bawah, temenin tante nontonin drakor favorit tante"

"Tante bukannya Vara gak mau, tapi ini Vara lagi cari barang di online, dan kebetulan barangnya suka cepet sold out jadi ini Vara lagi berusaha cari toko yang sedia banyak, biar kebagian hehe"

"Gitu? Ya udah kalo udah selesai turun ke bawah ya, jangan diem dikamar terus" Vara tersenyum canggung lalu mengangguk.

...

"Yena masih suka hubungin lo Van?" tanya Adres lalu meraih cangkir kopi yang ada dimeja.

"Masih, kenapa?"

Adres menyimpan cangkir kopi yang tadi sudah ia minum, lalu menggeleng.

"Terus hubungan kalian berdua sekarang gimana?"

VAVA [Vano & Vara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang