Tidak ada angin tidak ada hujan, dan sama seperti sebelum-sebelumnya Liu Xing Sheng yang tengah duduk membaca buku serta menikmati kicauan burung dan juga gemericik air mendongak saat seseorang meletakkan sebuah nampan dihadapannya.
"Salam, Yang Mulia, saya membuatkan teh untukmu," ucap Shi Zhu tersenyum menawan.
"Kau tidak perlu membuatkan untukku, Selir Shi, itu akan merepotkan dirimu," jawab Liu Xing Sheng kembali memusatkan pandangannya pada buku yang dia baca.
Shi Zhu mengambil duduk di depan Liu Xing Sheng. "Aku tidak merasa direpotkan, hanya kebetulan saja keinginan membuatkanmu teh begitu mengusikku. Mungkin ini adalah keinginan bayi dalam kandunganku," balasnya kembali tersenyum mengelus perutnya.
Liu Xing Sheng mendongak untuk memperhatikan wanita di hadapannya, sedetik kemudian dia menggeleng dan menghembuskan nafas pelan.
"Sepertinya bayimu banyak maunya," celetuk Li Xian yang tiba-tiba hadir diantara keduanya, dia juga mengambil duduk di antara Liu Xing Sheng dan Shi Zhu.
Shi Zhu menatap tak suka akan kehadiran Li Xian. "Memang seperti itu, kau saja yang tidak tahu karena tidak bisa hamil," hardiknya kesal.
Li Xian memangku wajahnya dengan sebelah tangan, menoleh menatap Shi Zhu. "99,9% wanita mempunyai rahim, yang tentu saja kegunaan rahim itu untuk menampung bayi, dan banyak sekali cara untuk mendapatkan bayi jika seandainya 0,1% wanita mempunyai masalah dengan rahim mereka. Apa kau tidak pernah tau mengenai sejarah sistem reproduksi wanita?" tuturnya mengejek.
Kening Shi Zhu mengerut, tidak mengerti akan apa yang di ucapkan Li Xian padanya. Sedangkan Liu Xing Sheng hanya menggeleng dan tersenyum kecil mendengar apa yang Li Xian ucapkan.
"Lupakan," tepis Li Xian saat menyadari Shi Zhu tak mengerti ucapannya. Kemudian dia menoleh ke arah Liu Xing Sheng. "Yang Mulia, sebenarnya aku membuat ramuan teh dari tanaman yang kau berikan kemarin, tapi sepertinya kau sudah mendapatkan teh," ucapnya melirik pada cangkir di hadapannya. "Jadi kau bisa mengunjungiku saat kau sudah selesai meminum teh buatan Selir Shi," imbuhnya.
"Maaf, Yang Mulia. Meminum teh terus-menerus bisa menyebabkan masalah dengan saluran pencernaan anda," timpal Shi Zhu.
Li Xian menatap sinis. "Mungkin hanya akan menyebabkan beser, bukan disfungsi ereksi," tanggapnya mencibir.
Liu Xing Sheng dan Shi Zhu tampak mengerucutkan kening tak mengerti.
"Apa yang kau ucapkan Li Xian?" tanya Shi Zhu mulai kesal.
"Oh, bukankah seharusnya kau memanggilku Yang Mulia Putri Mahkota?" balas Li Xian mengalihkan pembicaraan. "Aku mempunyai gelar lebih tinggi darimu." Dia menoleh ke arah Liu Xing Sheng. "Bukankah begitu, Yang Mulia?" tanyanya.
Kedua bola mata Shi Zhu membulat.
Liu Xing Sheng mengangguk. "Aku akan mengunjungimu nanti, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucapnya.
"Baiklah," balas Li Xian beranjak dan berlalu.
"Aku tidak menyangka bahwa Xian'er mempermasalahkan panggilanku padanya, padahal sebelumnya dia yang menginginkan aku agar tidak memanggilnya Putri Mahkota," ujar Shi Zhu setelah kepergian Li Xian. "Aku tidak bermaksud kurang ajar padanya, Yang Mulia," imbuhnya.
Liu Xing Sheng menutup bukunya. "Itu adalah urusanmu dengannya, aku tidak berhak ikut campur. Tapi, jika ada orang lain yang mendengar kau tidak memanggil gelarnya, kau yang akan di cap buruk Selir Shi, aku hanya mengingatkanmu," tanggapnya tenang.
Shi Zhu nampak terkejut, namun dia tetap mengangguk setuju. "Yang Mulia, apa kau tidak merasa senang akan menjadi Ayah?" tanyanya hati-hati.
Liu Xing Sheng terdiam, ekor matanya melirik sekilas bagian perut Shi Zhu. "Apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Li Xian Empress
FantasiRank #1 Permaisuri 28 Juni 2020 Rank #3 reinkarnasi Agustus 2020 Dia di bunuh secara keji oleh saudara tirinya sendiri. Bahkan sang tunangan sama sekali tidak pernah mengharapkan dirinya, hanya menginginkan harta peninggalan orangtuanya. Terlebih sa...