KTB 5

566 81 7
                                    

Happy Reading💙

***

Bisa membuka mata lagi setelah tertidur adalah doa yang selalu aku ucapkan setiap malam.

- Kisah Tak Berujung🍁

“de bangun, gue tunggu dibawah.”

Setelah mencoba membangunkan Tiara, akhirnya Satria memutuskan untuk turun terlebih dahulu. Hampir 15 menit Ara tak kunjung turun, Satria heran kenapa sangat lama? Padahal waktu sudah menunjukan pukul 7 lebih, sedangkan gerbang sekolah akan di tutup sekitar pukul 7.30.

Satria memutuskan menyusul Tiara kembali, tapi pintu kamarnya masih tertutup rapat, tak terdengar ada kegiatan di dalam kamar. Apa iya masih tidur? Tidak biasanya Tiara bangun telat, apalagi kemarin dia tidur lebih awal jauh dari kata bergadang.

Satria terus mencoba mengetuk pintu kamar, tapi Tiara masih saja diam. Karena saking khawatirnya Satria langsung turun kebawah untuk meminta kunci cadangan.

“A kok turun sendiri? Ade mana?” tanya Yuni heran,

“mah kunci cadangan kamar Ara mana?”

Mendengar satria bertanya seperti itu, Cello papa Tiara langsung berlari menuju kamar anak gadisnya ini tanpa memperdulikan percakapan dua orang di meja makan. Cello langsung mengetuk pintu Ara dengan keras, niatnya agar dapat Respon dari dalam, tapi nihil tak ada jawaban sama sekali.

“De buka ini papa,”

“De, de, ade kenapa masih tidur?” merasa aneh dan semakin panik Cello mendobrak pintu kamar Ara dan benar saja, pemandangan pertama yang ia lihat adalah Ara yang sudah mimisan dengan tubuh yang masih sama seperti semalam saat ia mengecek Ara sudah tertidur atau belum.

Cello langsung mengangkat tubuh Ara dan membawanya kemobil, tujuannya hanya satu yaitu rumah sakit.

“maafin papa sayang, maaf,” sambil mengendarai mobilnya Cello terus mengucapkan kata maaf, tak ada orang tua yang ingin melihat anaknya seperti ini. Walaupun ini bukan kesalahannya tapi yang bisa ia lakukan hanya mengucapkan maaf.
Suasana jalanan sangat ramai, mengingat ini adalah hari senin. Cello selalu menekan klakson mobilnya tapi namanya jalanan yang padat susah. Karena terlalu kesal dengan kondisi jalanan Cello memutuskan untuk turun dan menggendong Ara, ia memutuskan mencari ojek terdekat dan ya, dapat.

Sesampainya di rumah sakit, Tiara langsung ia bawa ke ruangan dokter Akbar yang merupakan dokter yang sudah menangani Tiara sejak 2 tahun lalu.

***

Manda🐼

Sat?
Ara nggak masuk?

G Man

Kamu juga?

Iy

Lo kenapa?
Aneh banget

Gw lg ada urusan, nnt gw kabarin lg

Kalo ada apa" bilang aku ya?
Nanti aja kalo urusan kamu udah selesai

Iy

Aku belajar dulu

.
.
.

Setelah mengirim itu, tak ada balasan lagi dari Satria. Ga biasanya Satria mengabaikannya. Manda juga bukan type orang yang kepo dengan urusan orang lain, jika bukan orang itu yang memberi tahunya.

Ditempat lain Satria benar – benar kalut dengan kondisi Ara yang tiba – tiba ngedrop. Yang Satria tahu Ara selalu meminum obatnya, makanan terjaga, pola tidur juga baik tapi kenapa bisa Ara separah ini? Tak ada yang tahu tentang penyakit ini kapan datangnya, karena setelah bertahun – tahun Ara mengidap penyakit leukimia memang sering mimisan secara tiba – tiba.

Satria hanya bisa memeluk mamanya yang terus menangis, melihat kondisi Ara yang belum juga sadarkan diri. Yuni (mama Ara) terus menangis, ingin rasanya mengambil semua rasa sakit yang Ara rasakan. Tak ada satupun ibu yang bahagia saat melihat putrinya tak berdaya.

“a.. hiks,  Ara kuat kan?” tanya Yuni sambil terisak,

“Ade kuat ma, mama jangan nangis terus ya? Mending kita doain ade supaya cepet bangun,” ucap Satria berusaha menenangkan Yuni, Satria terus memeluk Yuni, mereka sama – sama rapuh, tapi Yuni lebih rapuh.

Senin pagi ini tidak seperti biasanya. Keluarga Marcello berkumpul di suatu bangunan yang sangat mereka hindari, yaitu Rumah Sakit.

Tempat ini cukup membuat mereka menderita. Tempat ini bukan tempat yang cocok untuk keluarga mereka. Keluarga mereka bukanlah keluarga yang kejam pada siapapun, tapi kenapa? Kenapa mereka selalu di pertemukan dengan tempat semenyakitkan ini?

Satria tak suka melihat papanya terdiam. Satria tak suka melihat mamanya menangis Satria tak suka melihat adik kesayangannya tidur di ranjang itu. Ya, tempat ini bukan tempat yang pantas untuk mereka kunjungi.

“pahhh, hiks,” panggil Yuni lirih berusaha menahan tangisannya. Cello yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya,

“sini sayang.” Yuni menghampiri Cello dan langsung masuk kedalam dekapan tangan kokoh suaminya.

“pahhh.. mama nggak bisa liat Ara kaya gini, mama mau, Ara kita bawa pengobatan keluar, hiksss. Mama nggak mau kehilangan Ara pah.. tolong Ara mama mohon.” Yuni terus menangis di dalam dekapan Cello, perasaannya begitu hancur.

Marcello berpikir sejenak, apa iya ia harus membawa Ara pindah keluar negeri untuk menjalani pengobatan? Yang Ia pikirkan hanya takut kondisi Ara semakin drop jika membawanya meninggalkan Indonesia. Ia ingat betul jika Anak perempuannya ini selalu bilang 'pahh, Ara nggak mau kalo kalian ngajak Ara pergi dari Indonesia. Apalagi tanpa sepengetahuan Ara. Kalo Ara pergi dari sini, terlalu banyak yang harus Ara tinggalin. Ara belum siap buat ninggalin semuanya' .

“Ara pasti menolak mah, kita nggak boleh menambah beban pikiran Ara, ya? Percaya sama papah, Ara sebentar lagi pasti bangun.”
Yuni hanya mengangguk, tenaganya benar – benar terkuras karena sedari tadi menangis.

Satria ingin menangis, marah, dan menyalahkan keadaan saat melihat mamanya yang sangat hancur, tapi jika semuanya rapuh, siapa yang harus jadi penguat di keluarga ini? Satria teringat sesuatu, jika ia belum mengabari seseorang yang sangat berpengaruh di hidup Ara.
.
.
.

Der
Ara drop lagi.

***

Terima kasih sudah membaca Kisah Tak Berujung.

Sampai jumpa di next part, jangan lupa vote dan comment ya.

Pihepiaaa💙

Kisah Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang