Hitam Putih di Ekskul Bulutangkis

11 2 1
                                    

Aku mengikuti eskul bulutangkis seperti saat SMP,
Bulutangkis membuat hariku berwarna, aku senang memegang raket, tapi percayalah mainku tak sehebat yang baca cerita ini,

Setiap hari Selasa, Rabu, Sabtu adalah jadwal rutinku, pulang sekolah jam 4 aku langsung naik ke aula bukit, mengganti baju seragamku dengan baju Li Ning biru, celana Yonex biru diatas lutut rambut diikat dengan sepatu adidas khusus sekolah aku selalu malas bawa sepatu khusus olahraga,

Pemanasan, mengelilingi bukit 12 kali yang dimana ketika melewati lapangan basket aku selalu mendapat sorakan, tapi aku abaikan

Entah kenapa aku selalu kebagian main dengan kakak kelas, aku selalu menolak, jika kakak kelasnya perempuan aku mau namun jika laki laki aku tidak mau, sejaga jarak itukah aku dengan laki-laki? Yaa tentu, semuanya menyebalkan pikirku

4 bulan penuh dengan latihan, akupun masuk grup, tiba-tiba ada nomor asing yang mengirimi pesan singkat "Assalamualaikum"

Jujur dulu aku adalah kepriadian yang sangat formal dan menjaga privasi, yang satu kontak Whatsapp denganku hanyalah orang yang berkepentingan yaa mungkin kebiasaan itu sampai sekarang aku hanya menyimpan nomor orang-orang yang menurutku penting tapi bedanya sekarang teman-teman sekolah penjual olshop aku simpan, biarlah aku ingin menjadi pribadi yang sedikit terbuka

Nomor asing itu terus mengirimiku pesan sampai akhirnya aku merasa iba, dan melihat profilnya yang ternyata satu grup denganku di grup Bulutangkis

"Gua Albi Bulutangkis", aku merespon sepentingnya saja bahkan aku to the poin

"Ada apa?" Tanyaku

"Save ya"

"Ok" ucapku

"Lagi apa?"

Aku benci dengan orang yang selalu nanya seperti ini, seolah-olah macam orang yang tidak ada kerjaan

"Nafas" jawabku, setelah itu pesannya tidak pernah ku respon, dia hanya jadi penonton storyku dan aku tidak pernah menjadi penonton story nya

Beberapa lama kemudian dia mengirimi pesan singkat lagi

"Hayu latihan"

"Iya mau"

Selama ini aku tidak pernah mengenalinya sama sekali, aku tidak tau wajahnya bulat atau lonjong, idungnya mancung atau pesek aku tidak tau rupanya seperti apa dan aku tidak mau tau

Latihan berjalan sangat seru, aku sangat cape main dari awal hampir 3 jam non stop, aku memutuskan istirahat dan duduk sejenak

Saat aku duduk ada yang menyodorkan sebotol air minum kemasan, tapi aku menolaknya

"Baru kok" ucapnya, lagian siapa dia sih berani beraninya ngasih minum ke orang yang gak dikenal, bikin otaku traveling, aku takut jika minumanya sudah dikasih mantra, ajian, atau larutan mematikan seperti snow whait yang ditipu nenek sihir untuk memakan apel yang menyebabkan dirinya tidur lama sekali, ahh mungkin terlalu khayal

Yang jelas aku tidak pernah menerima pemberian lelaki asing atau teman lelaki manapun, tapi saat itu kantin Aula tutup jadi mau tidak mau aku harus menerimanya

"Thank" ucapku sembari membuka tutup botol

Dia hanya tersenyum tipis

"Main yuu" ajaknya, aku menatapnya dengan memasang wajah melas dia tidak taukah aku sangat capek main 3 jam non stop

"Main santai"

Aku tak bisa menolak lagi, aku paksakan, tapi diluar dugaan saat main kami tidak main santai tapi keras, berbalas smashan sampai akhirnya aku terjatuh meraih smashan pendek, dia menghampiriku

"Ahh payahh" ucapnya dengan raut sedikit panik, dia tidak mengulurkan tangannya tapi malah menyodorkan raketnya untuk membantuku bangun

"Lututnya lecet, lain kali pake celana panjang aja" ucapnya membelakangiku sembari berjalan kearah lapangannya lagi

Gilaaa dia tak memberiku izin istirahat! Akupun tidak ingin terlihat sebagai wanita lemah, memaksakan untuk berdiri kokoh

Akhirnya kami bermain santai, tanpa adanya smashan atau langkahan kaki, dia mulai membuka suara

"Dari awal kenapa chat gua gk pernah di bales" ucapannya membuat aku kehilangan kendali untuk menerima khok yang akhirnya jatuh terpaksa aku mengambilnya

"Chatan yang mana?" Ucapku terus terang

"Emang lu gk tau gua?"

Aku menggelengkan kepala

"Lupain" katanya

Karena jam pulang sudah tiba, kami berkumpul lalu mengemas barang, aku melihatnya mengemas tas khas bulutangkis berwarna merah hitam, tidak mau pikir panjang aku keluar, di pintu saat aku hendak keluar, sangat jelas terdengar ditelingaku ucapan seseorang yang sampai saat ini tak terlupakan

"Gua Albi" dia berlalu begitu saja melewatiku, aku diam mematung, tak percaya, aku melihatnya menaiki motor KLX dengan helm fullface, aku melihat absen latihan rutin yang ku pegang lalu mencari namanya

"Oh dia Jurudan Otomotiv " gumamku kecil

"Duluan, hati-hati ya" ucapnya sambil membunyikan klakson

_____________

Saat itu aku sering bertukar pesan dengannya, aku merespon dengan seadanya tapi dia melewati batas, dia memberiku perhatian lebih, tapi aku biasa saja bukan apa apa, aku tidak ingin memberinya harapan dan aku tidak ingin kembali berharap, aku terlalu lemah untuk patah hati, maka dari itu aku sadar diri dengan apa yang harus dan tidak seharusnya aku lakukan

Diapun mulai mengungkapkan prasaanya, sangat munafik jika aku mengatakan tidak luluh dengan untaian katanya yang sangat rapih dan tidak norak, dia sangat dewasa, tapi sekuat mungkin aku menahannya untuk mengatakan apa yang tidak harusnya dia katakan

Pilihanya 2
Jika tidak mengatakan dia akan sakit hati
Jika mengatakan tidak hanya sakit tapi dia juga akan patah

Ketika chatan mulai membahas masalah hati aku belokan kearah lelucon, sungguh aku takut, aku takut menyakitinya, ingin aku mengakhiri semua ini, terjebak zona nyaman friendzone sangat tidak menguntungkan

Tapi aku pernah memberinya amanah
"Bi kamu jangan pacaran dulu ya, fokus aja, kamu kan siswa yang paing pinter dikelas jangan sampai terganggu aktifitas belajarmu karena pacaran"

"Iya Naa, Albi juga pengen fokus cita-cita dulu"

Yaa itu amanahku pada Albi, yang sebenarnya aku tau jika Albi sedang menjalani hubungan dengan teman sekelasku, juga dia mendekati temanku yang berbeda jurusan, aku tau ini dari awal, yaa dari semenjak kejadian Albi memberi minum padaku, namun aku hanya ingin tau rencananya sampai mana, aku tak suka di permainkan, aku tak bisa dipatahkan, akhirnya aku cukupkan dan memutuskan untuk meninggalkannya

Selamat tinggal Albi terima kasih permainanmu sangat berkesan, membawaku ke masalah yang sangat rumit dan selamat datang di masalah baru.

Tidak lama kemudian sejak aku meninggalkan Albi tanpa alasan, mengabaikan semua pesannya, telfonnya, juga mengabaikan pesan teman temannya yang menuduhku menyakiti Albi, menuduhku PHP, menuduhku hanya mempermainkan Albi

Temannya datang ke kelasku, dengan wajah sangar

"Meyy ada yang manggil tuh anak Otomotiv" ucap teman-teman kelasku

Aku keluar, menyapu pandangan kesembarang arah, ada 2 orang pria menghampiriku

"Mau ngomong" ucap salah satu pria berbadan tinggi

3 years of my real lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang