R - Reception

937 81 9
                                    

"Menikah ?" 

Yoshino mengangguk mantap "Benar, memangnya kau tidak mau membawa hubunganmu dengan Temari ke jenjang yang lebih serius ? kau merasa cukup hanya dengan dia menjadi kekasihmu ?"

Shikamaru menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal "Mendokusai, aku... akan memikirkannya lagi."

"Cepat ambil keputusan Shikamaru, kau harus memberikan kepastian kepada Temari dan juga... jika kau tidak cepat cepat dia bisa direbut pria lain loh." Yoshino berdiri dari tempatnya dan mulai berjalan ke dapur sedangkan Shikamaru masih tetap temenung di tempatnya sambil memikirkan perkataan ibunya.

'benar juga, jika aku menikah dengan Temari kami tidak perlu terpisah jauh lagi, aku tak perlu takut dia meninggalkanku, dia akan jadi milikku seutuhnya, satu satunya dan kami nisa bersama setiap hari.'

Shikamaru tersenyum, hatinya menghangat saat membayangkan itu semua.

'Nara Temari... sepertinya nama itu terdengar bagus.'

-----------000-----------

Temari menghela napas, ia sedari tadi menatap jendela kantornya dengan tatapan berharap tapi tidak ada satupun burung pengantar pesan yang terbang kesana.

"Ck, dia dimana sih ?! semua suratku tidak dibalas, dia juga tidak mengirimkan kabar, apa bocah itu punya wanita lain sekarang ?"

Temari meletakkan kepalanya di atas meja, wajahnya terlihat sedikit suram. Sudah berhari hari ia tak mendapat kabar dari sang kekasih, ia sudah mengirim banyak surat tapi tidak ada satupun yang dibalas, dan saat ia mengirimkan elang pengantar pesan pribadinya yang datang malah surat dari Yoshino yang mengabarkan jika Shikamaru sudah tidak pulang ke rumah selama 2 minggu ini.

Temari jadi dilema sendiri. Ia benar benar takut jika Shikamaru memiliki wanita lain. Dadanya menjadi sangat sesak hanya dengan membayangkan pemuda itu menatap dan tersenyum hangat kepada wanita selain dirinya.

Ditambah lagi, 5 hari ini ia dihantui mimpi buruk. Di mimpi itu, ia melihat kekasihnya menggandeng dan mencium mesra wanita lain dan memutuskan hubungan dengannya. Tidak ada lagi tatapan hangat, sikap manja, suara yang berat dan lembut untuk Temari. Karena itu, ia memutuskan untuk tidak tidur karena takut akan melihat mimpi itu lagi.

Gadis itu menggeleng kuat kuat, ia menyingkirkan bayang bayang mimpi buruknya itu dan mencoba tenang. Ia benar benar frustasi sekarang "Setidaknya, kalau kau mau putus denganku, beri aku kabar, dasar bocah bodoh." gumamnya pelan.

Temari menyembunyikan wajahnya di perpotongan tangannya, ia ingin sekali melampiaskan rasa frustasi ini jika saja ia tidak ingat jika hubungannya dengan Shikamaru adalah rahasia.

"Akhhh menyebalkan, aku ingin membunuh seseorang."

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Temari buru buru merapikan penampilannya dan bersikap seperti biasanya, ia buru buru menyambar pena dan mengorat oret kertas di depannya.

"Masuk." ujar Temari lantang

"Yo, Temari,"

Dahi Temari berkerut saat melihat siapa yang masuk. Pemuda yang akhir akhir ini memenuhi pikirannya dan hampir membuatnya gila.

Nara Shikamaru

"Heh kupikir kau sudah mati." sarkas Temari

Shikamaru menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, ia mengerti jika Temari kesal karena ia sudah tidak mengabari gadis itu lebih dari seminggu, entah sudah berapa surat yang menumpuk di kamarnya sekarang ini "Haah beginikah caramu menyambutku ?"

ShikaTema AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang