Jisoo berlari kecil demi menyamakan langkahnya dengan Jennie."Sayang, kenapa sih kamu?" Tanya Jisoo saat berhasil mencegat Jennie.
Jennie menatap Jisoo malas. "Kenapa apanya sih?"
"Jen, keliatan banget kamu tuh kayak marah sama aku. Kenapa?" Tanya Jisoo heran.
"Kamu tanya aja sana sama mbak-mbak tadi," Jawab Jennie ketus.
Mbak-mbak?
"Hahahahaha," Tawa Jisoo pecah setelah menyadarinya.
Jennie kembali menatap Jisoo sinis. "Kok malah ketawa? Ada yang lucu?"
"Ya kamu lucu," Jawab Jisoo sambil mencubit pipi Jennie gemas.
"JISOO!! Aku tuh marah ya! Bukannya tenangin malah resek!" Kata Jennie kesal.
"Kamu cemburu? Sama kak Tiffany tadi?" Tanya Jisoo.
"Biasa aja.. Cuma gak seneng aja kamu senyum senyum terus sama dia," Kata Jennie sok acuh.
"Ya itu namanya cemburu dong.. Lagian aku senyum sama dia kan karena dia pelanggan khusus, sayang.. Gak lebih," Jelas Jisoo.
"Mentang-mentang dia cantik, jadi betah ya ngobrolnya?"
Jisoo tersenyum. "Kita bahas kopi yang aku buat, Jen.. Lagian, buat aku cantikan pacar aku lah! Hihihi,"
Mendengar itu, pipi Jennie memerah. Baru kali ini dia mendengar Jisoo menggombali dirinya.
"Udah dong sayang.. Sedih loh akunya di cemberutin gitu.. Senyum dong," Goda Jisoo.
"Maaf," Kata Jennie lalu berusaha tersenyum.
"Nah.. Gitu kan makin cantik pacar aku. Yuk pulang?" Ajak Jisoo dan ditanggapi anggukan oleh Jennie.
********
Keesokan harinya, seperti biasa cafe ramai saat siang hari. Seulgi dan Heejin sibuk di belakang meja kasir dan barista. Sedang Winter tengah membersihkan meja bekas pengunjung yang baru pergi.
"Siang.. Pesen ice long black satu, blueberry cheesecake satu,"
"Baik, atas nama kakak siapa?" Tanya Heejin yang kemudian menatap pelanggannya untuk berkomunikasi.
Tapi seketika dia kaku melihat senyum manis dari pemesan barusan.
"Tiffany,"
Heejin yang tak berkedip, sekarang di tambah Seulgi yang langsung menengok kala mendengar nama itu dan Winter yang mematung sambil membawa bekas makan meja yang dia bereskan barusan.
Tiffany menatap bingung ketiganya.
"Kak Fany... Hey!" Sapa Wendy begitu turun dari kantornya yang berada di lantai dua.
"Hey, Wendy.." Sapa Tiffany lembut.
Wendy menggelengkan kepalanya melihat tingkah ketiga pegawainya itu.
"Seulgi, Heejin, Winter.... Boleh kembali bekerja???" Tanya Wendy dengan nada sedikit tinggi yang akhirnya menyadarkan ketiga barista nya itu.
Seulgi langsung kembali menyiapkan kopi, Winter langsung kabur ke dapur dan Heejin menghitung pesanan Tiffany di kasir.
"Sudah sudah tidak usah bayar.. Kakak mau langsung ke ruangan gue apa gimana?" Tanya Wendy mencegah Tiffany membayar pesanannya.