I Won't Give Up

1.4K 263 40
                                    

Jisoo kini berada di bus antar kota yang akan mengantarkan dia pulang ke rumah orang tuanya.

Setelah perdebatan panjang dengan Wendy, akhirnya Jisoo bisa mendapatkan ijin dua hari untuk pulang.

Dia sedikit tidak tenang, seperti ada hal serius yang ingin ayahnya bicarakan. Dan dia tidak punya gambaran hal apa.

Jennie memaksa ikut, tapi untung dia berhasil membujuk pacaranya itu untuk tetap diam di kota. Toh Jennie masih harus kuliah besok.

Berbeda dengan Jennie yang pagi itu harus berhadapan dengan ayahnya yang tidak berhenti membahas teman sekolahnya yang kemarin bertemu di acara pembukaan restoran milik pamannya.

Hanbin a.. Hanbin b.. Hanbin c..

Dalam hati, Jennie selalu membalas. Yeee hebatan Jisoo aku.

Jisoo yang pintar, mandiri, cekatan, dan apik dalam bekerja. Kurang apa?

Cuma harta dan kasta yang membedakan mereka.

Bahkan Hanbin belum tentu bisa menjadi seperti Jisoo kalau dengan keadaan seperti keluarga Jisoo.

"Hari minggu nih, papa mau golf sama ayahnya Hanbin. Kamu mau ikut gak Jen?" Tanya Jaejin iseng.

Jennie menoleh sebentar. "Hhmm gak deh, Pa. Aku sama Rosie mau survey ke panti asuhan.." Jawab Jennie sambil mengunyah makanannya.

"Ngapain?" Tanya ayahnya Jennie lagi.

"Survey mana yang bagus. Kali aja kalo aku nolak di jodohin, nanti aku di coret dari kartu keluarga kan?" Jawab Jennie santai.

"Jennie! Ngomong apa sih kamu?" Mamanya kaget mendengar ucapan Jennie barusan.

"Ma, Pa.. I'm not a lil girl anymore. Aku udah bisa tau maksud dari ajakan papa kemarin dan hari ini. Belum lagi itu orang dibahas terus kan? Udah kebaca arah omongan papa tuh nantinya menjurus kemana," Kata Jennie lalu menghentikan makannya.

"Gini ya, Pa.. Even aku gak sama Jisoo nantinya, i will never accept whoever you try to match matching us.. Maaf Pa, Ma.. Aku punya pilihan aku sendiri.." Lalu Jennie bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang makan.

Menyisakan kedua orang tuanya yang bingung.

"Kalau mau jodohin anaknya, mikir dulu. Jangan cuma lihat bibitnya yang bagus.. Babat bebet bobot nya juga kamu harus cari tau," Ucap mamanya Jennie yang lalu membersihkan piring bekas makannya dan meninggalkan ayahnya sendiri di ruang makan.

Jaejin menatap wajah kecewa istrinya dengan penuh rasa bersalah.

Andai dia punya pilihan lain untuk menolak ayahnya. Dia pasti akan melakukan itu, demi kedamaian dalam keluarga kecilnya itu.

*******

Jisoo sampai tepat jam 12 siang di rumahnya. Untung saja dia selalu menaruh kunci rumah orang tuanya itu di dalam tas perginya. Jadi dia tidak perlu menunggu ada yang pulang atau harus menghampiri kedua orang tuanya di ladang.

Dia masuk perlahan. Membiarkan pintu terbuka setelahnya. Dia selalu suka hawa di rumahnya, begitu terasa.. Rumah.

Tidak seperti kostnya yang terlihat berantakan. Dan walaupun kamarnya rapih, Jisoo lebih suka kamarnya di rumah ini.

Saat Jisoo masuk ke dalam kamarnya, dia masih bisa mencium wangi parfum Jennie kala itu. Dia tersenyum, tiba-tiba jadi kangen dengan pacarnya itu. Maka dengan cepat, Jisoo segera berganti baju supaya bisa menghubungi kekasihnya.

Setelah selesai ganti baju, Jisoo duduk di kasurnya. Berbaring dia meluruskan pinggangnya yang sudah 3 jam lebih duduk. Di bantalnya pun masih tertinggal harum rambut Jennie. Akhirnya dengan cepat dia menghubungi Jennie.

That's Should Be Me | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang