A Rainbow After The Rain?

1.2K 199 9
                                    


Jisoo duduk di pojok kedai ramen. Badannya dari tadi tidak mau diam. Kakinya tidak berhenti bergerak bagai tengah menjahit. Tangannya berkali-kali dia kepalkan sampai basah di telapak.

Jisoo khawatir.

Entah apa yang ingin Jennie bicarakan. Belum sempat dia meluruskan apa yang terjadi antara dirinya dengan Seulgi, ini dia juga harus berhadapan dengan Jennie.

Jisoo tidak ingin menyalahkan keinginannya untuk membuat keadaan semakin membaik, untuk dia dan kedua orangtuanya. Tapi ternyata ini membawa masalah lain yang tidak kalah kompleks.

Jujur dia masih teringat kata-kata Seulgi tadi di cafe. Betapa bodohnya dia melupakan salah satu orang penting dalam hidupnya. Sahabatnya yang selama ini selalu ada untuknya.

Dan kini, Jisoo pasrah. Dia tidak bisa memaksakan keinginan Jennie. Kalau memang Jennie tetap ingin putus, Jisoo akan menerimanya dengan lapang dada. Dia sudah berusaha untuk meyakinkan Jennie, pikirnya. Dan tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan untuk meyakinkan kekasihnya itu.

Jauh dari orang-orang yang dia sayangi, mereka tidak berpikir kalau Jisoo pun meragukan dirinya. Apa dia tahan menahan rindu? Apa dia bisa sendiri disana? Hanya Tiffany yang dia kenal. Ya hanya sekedar kenal. Belum lagi kenyataan bahwa Tiffany adalah bos nya disana. Berbeda dengan disini, Wendy adalah temannya. Dia bisa diskusi tentang keadaan cafe, atau apa yang dia butuhkan selama disana.

Dia tau Tiffany orang yang baik dan ramah. Tapi tidak tau bagaimana saat Tiffany menjadi atasannya nanti.

Belum lagi dia tidak mengenal rekan kerjanya. Apakah mereka akan sekompak barista cafe starlight? Akankah suansa kerja disana bisa serius namun santai seperti di starlight?
Akankah barista barista baru yang akan dia ajarkan nanti bisa setanggap Ryujin, Heejin dan Winter?
Akankah partnernya nanti bisa sepengertian Seulgi dan Yeri?

Begitu banyak pertanyaan di otak Jisoo. Yang jawabannya jelas masih menjadi tanda tanya besar. Dia hanya bisa berdoa pada Tuhan, agar semuanya dimudahkan.

Akhirnya, setelah 20 menit menunggu. Mata Jisoo menangkap sosok kekasihnya masuk dalam kedai. Menggunakan pakaian serba hitam, aura dingin Jennie sudah terasa walaupun masih berjarak lebih dari 5 meter.

"Kamu belum pesen?" Tanya Jennie begitu sampai di meja yang di duduki Jisoo.

Jisoo menggeleng, menyunggingkan senyumnya tipis. "Nunggu kamu,"

Jennie hanya mengangguk, membuat Jisoo semakin tegang.

Jennie kemudian memanggil pelayan dan memesan dua ramen kesukaan mereka disana. Jennie memesan apa yang biasa Jisoo pesan, dengan segala detailnya.

Jisoo menatap Jennie dalam, menyadari satu hal yang selama ini dia abaikan.

"Kamu ada tambahan lain?" Tanya Jennie memecah lamunan Jisoo.

Jisoo menggeleng, lalu memberikan senyum tipis pada Jennie.

"Maaf tadi aku ketinggalan bis, jadi rada terlambat," Kata Jennie begitu si pelayan pergi.

Jisoo mengangguk. "Gak papa.." Lalu Jisoo menenguk ludahnya, memberanikan diri.

"Kamu mau ngomong apa?" Lanjutnya.

Jennie menatap Jisoo sekilas, lalu terlihat membenarkan posisi duduknya dan kembali menatap Jisoo.

Lagi, dalam hati Jisoo sudah pasrah.

"Jadi kamu kapan berangkatnya?" Tanya Jennie tanpa basa-basi.

"Akhir bulan ini, Jen.." Jawab Jisoo pelan.

That's Should Be Me | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang