24. Evolusi.

44 8 5
                                    

Satu kali langkah Asura yang tadi setelah sampai pada sebuah gerbang didalam goa.

Ketika gerbang sudah terbuka. Aura yang Asura rasakan benar benar, membuatnya kebingungan. Serasa memang ada aura yang keluar, namun sebenarnya itu tidak ada. Itulah yang membuat Asura kebingungan.

Ketika satu langkah maju kedepan. Sebuah tekanan yang membuatnya untuk menunduk dan berlutut, begitu terasa. Asura hampir saja berlutut dan hanya setengah berdiri saat ini.

Menggunakan seni pernapasan. Asura mencoba untuk menenangkan hati dan pikirannya yang agak panik karena kejadian ini.

Segala macam pikiran Asura, dia simpan dan tak ia pikirkan kembali. Menurut Asura, tekanan ini mempengaruhi beberapa perasaan, sifat, dan ketenangan pikiran. Maka dari itu, Asura mencoba setenang dan mengosongkan pikiran.

Tak dirasa oleh Asura. Tekanan yang membuatnya ingin berlutut, sudah hilang.

Ketika Asura menyadari ini. Ia mulai membuka matanya.

Pemandangan yang semulanya kegelapan tak berujung. Berubah menjadi gurun pasir yang tiada batasannya. Pemandangan terik panas matahari dan gurun yang membuat orang selalu kehausan, ini membuat Asura bingung tak tau harus bagaimana.

"Kurasa, ujian kali ini adalah untuk memyatu dengan alam." Itu yang Asura pikirkan mengenai ujian yang kali ini harus ia lewati.

Dengan mata tertutup. Asura mulai berjalan tanpa arah di gurun pasir ini. Pikirannya, begitu tanang seakan dia adalah kekosongan itu sendiri.

Kosong, tidak ada pikiran sama sekali. Apa yang Asura harapkan dari kekosongan tersebut. Itu demi mencari sesuatu dalam kekosongan pikiran tersebut. Asura mengambarkan, kosongan ini seperti gurun pasir yang tak berujung itu.

Setelah waktu berlalu yang bagi Asura tak ketahui berapa waktu telah berlalu. Setitik cahaya mulai terlihat dalam kekosongan tersebut.

Dengan perlahan, Asura berjalan menuju setitik cahaya tersebut. Namun, semakin dia mendekat. Setitik cahaya tersebut semakin menjauh.

Terbingung Asura dengan kejadian ini. Walau dia mencoba sekeras apapun, cahaya tersebut selalu menjauhinya. Seakan tak menerima kehadirannya.

"Bila dia menjauh. Lebih baik aku mencari yang lainnya..."

Asura kemudian berhenti mengikuti cahaya tersebut. Ia kemudian mencari setitik cahaya lainnya dari pada cahaya yang menjauhinya itu.

Namun, ketika Asura menjauhi cahaya tersebut. Setitik cahaya tersebut malah mengikutinya.

Tentu Asura kebingungan. Menghela napas, Asura kemudian berdiam diri dan dia akan membuka hatinya agar setitik cahaya tersebut memasukinya atau tidak.

"Ini seperti mantan minta balikan. Aku mendekatinya, dia menjauh, giliran menjauhinya, dia mendekati."

Cahaya yang mendekati Asura, itu langsung memasuki tubuh Asura ketika Asura membuka hatinya membiarkan cahaya tersebut sesuka hati.

Setelah membiarkan setitik cahaya tersebut memasuki tubuh Asura. Asura mulai membuka mata.

Pandangan gurun pasir, mulai berubah menjadi sebuah altar singgasana. Sebuah ruang singgasana begitu megahnya hingga membuat siapapun akan merasa malu dan rendah ketika memasuki ruangan ini.

Namun Aaura berbeda. Dia hanya akan tunduk dihadapan gurunya dan juga orang tuanya saja. Dan juga, orang yang pantas dia hormati dan dia merendahkan dirinya.

"Lalu, apa yang kulakukan disini?. Hanya berdiam diri saja?, atau,... Haruskah aku berlutut disini?." Terbingung lagi Asura dengan apa yang harus dia lakukan.

Asura menatap sebuah kursi untuk sang raja atau kaisar. Dan entah kenapa, dirinya merasa dia harus menduduki kursi tersebut.

Tanpa Asura sadari, kakinya melangkah menuju kursi tersebut. Ketika jarak Asura hanya 2 langkah dari kursi singgasana, perasaan seolah dia raja yang begitu rindu dengan kursinya di singgasana, terasa oleh Asura.

Dengan sendirinya Asura melankah maju dan matanya mulai terpejam. Tubuhnya juga mulai menduduki kursi tersebut. Dalam hati Asura, ia berkata. 'Sebenarnya, apa yang terjadi kepadaku hingga menduduki kursi ini?.'

Tiba tiba, hidung Asura mencium sebuah wangi tubuh wanita yang begitu menyengat. Langsung saja, Asura membuka matanya karena begitu menyengatnya harum wangi tubuh wanita ini, dan seketika, hidung Asura meneteskan darah.

*Tuan~.

*Selamat pagi, Tuan gantengku~.

*Mari kita olahraga pagi, Tuan~.

Terlihat, 20 wanita tak memakai sehelai benangpun pada tubuhnya dan memperlihatkan lekuk manis mempesona begiu menggoda hati.

Kecantikan yang setara dengan Fu Hao sendiri, membuat Asura yang baru pertama kali meneteskan darahnya di hidung.

Pikiran Asura seketika seakan dikontrol secara halus tanpa paksaan. Dia merasa, ini adalah yang terbaik dan tidak ada lagi yang bisa menggoyahkannya. Namun, seketika, Asura sadar kembali dengan apa yang dia pikirkan.

"MENYINGKIR DARIKU DASAR JALANG!!!!." Berteriak keras penuh kemarahan, Asura kepada 20 wanita ini.

Tekadnya yang kuat membuat pemandangan singgasana runtuh bersamaan dengan 20 wanita yang menunuukkan senyuman manis seakan harapannya terkabulkan.

Asura kembali memejamkan mata dan menghela napas lega. "Hampir aja aku kelewat batas memperlepas keperjakaanku..."

Ya, Asura hampir begitu tergoda dengan paras paras cantik wanita yang tadi bersikap erotic kepadanya.

{Ding!. Peserta ke 1.000 menerima warisan Kaisar Langit Alam Surgawi.}

{Ding!. Penyatuan Tubuh: Binatang tuhan (Phoenix api beku Ungu, Ular kepala 9, Byakuya Sang Macan Putih, Penguasa Naga Kehampaan, Leviathan Sang Penguasa Laut, Hydra Penguasa Racun, Qilin Penguasa Sihir.) Akan selesai dalam 3... 2... 1. Penyatuan tubuh telah selesai.}

{Ding!. Penyatuan dan penyempurnaan darah legenda: darah Kaisar (Dewa primordial, Elf, Dwarf, Iblis, Malaikat, Peri, Vampir, Dryad, Monster.) Akan selesai dalam 3... 2... 1. Penyatuan dan penyempirnaan darah Kaisar telah selesai.}

{Ding!. Pembentukan Akar Spiritual , dimulai.}

{Ding!. Pembentukan Akar Spiritual Binatang Tuhan telah selesai.}

{Ding!. System Online memulai Evolusi Peserta ke 1.000, menjadi seorang Dewa Asli. Dewa Asura Sang Pembunuh, Telah terlahir.}

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

System Online: The Best Imagination of UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang