"Jadi begini bu, sepertinya cucu Ibu melewatkan Transfusi darah"
"Apa dok? Transfusi darah?" Sela Oma terkejut berita apa lagi ini? Bagaimana berita sebesar ini Ia tak tahu bagaimana dengan tanggung jawab Ia sebagai Oma?
"Benar bu dan kebetulan saya baru saja mengambil darah dari UDD (Unit donor darah) sehingga cucu anda segera mendapat pertolongan. Mohon untuk kerjasamanya supaya transfusi berjalan dengan teratur," Pinta sang dokter.
"Kalau begitu saya pamit undur diri dan jangan lupa untuk resep yang saya berikan bisa di tebus di apotek terdekat." Tambah sang dokter seraya berlalu pergi.
Mendengar penjelasan sang dokter membuat Oma sangat sakit, bagai luka yang ditabur garam. Bagaimana sang cucu menyembunyikan ini semua bukankah Ia terlihat baik baik saja?
Oma membuka pintu berwarna putih dengan hati-hati berharap tidak mengganggu istirahat sang cucu. Sungai kecil mulai terbentuk di kedua pipinya membayangkan bagaimana sang cucu bisa bertahan dan menyembunyikan semua ini kantong darah dan infus tergantung dan terpasang rapi di tangan kurusnya.
Jangan tanyakan mengapa begitu lengkap?Karena kondisi rahim sang bunda yang buruk mengakibatkan imun tubuh sang cucu yang lemah. Mudah sakit karena itu sang Oma berinisiatif membeli perlengkapan rumah sakit seperti tiang infus, hingga oksigen portable walau tidak terlalu lengkap namun sangat berfungsi di saat genting.
Di usapnya peluh di kening sang cucu dengan lembut serta menyibakkan rambut yang lepek karena keringat kebelakang. Melihat wajah pucat Jisung mengingatkannya pada sang menantu mereka berdua bagai pinang di belah dua.
Matanya yang sipit, hidung yang mancung, pipi chubby nankenyal saat di cubit, dan juga bibir tipis yang mempesona. Saat Oma sibuk dengan lamunannya tiba-tiba Ia di kagetkan dengan pintu yang terbuka dengan kasar.
BRAK
"Astagfirullah Jhonny bisakah kau sedikit hati-hati? Ibu tau kau khawatir dengan anakmu tapi biarkan dia beristirahat" Ucap sang Oma sembari berdiri karena keterkejutannya.
Namun tak lama senyum tercetak di wajah sang Oma. Membayangkan bagaimana bahagianya Jisung jika tau sang ayah menjenguknya saat sakit tak sia-sia ia memberondong panggilan pada anaknya yang bebal ini.
Atensi Jhonny langsung teralih pada seorang yang berbaring di kasur kingsize dengan di temani sekantung infus dan kantung darah. Jhonny pun tak tahu apa yang terjadi pada anaknya itu apakah separah itu? Dan benar wajahnya sangat pucat bahkan melebihi wajah pucat Jaemin yang sedang di rawat.
Entah mengapa hati Jhonny tercubit melihat pemandangan ini. Bahkan Ia mengacuhkan sang Ibu yang mengomelinya karena tidak sopan dan sangat mengganggu, Namun ego mengalahkan hatinya ketika bayangan Jaemin yang bicara sembari menangis tanpa sadar Ia mengepalkan kedua tangannya karena Ia sedang di landa Dilema.
Flashback
"Ayah" Panggil Jaemin yang menarik perhatian sang ayah segera Jhonny mendekat menuju ranjang Jaemin taklupa di ulasnya senyum hangat sembari mengusap kepala sang anak.
"Ayah..Jisung, ayah..Jisung" Gumam Jaemin dengan mata berkaca kaca mendengar nama sang bungsu terlontar membuatnya mengertakkan gigi giginya.Entah mengapa tiba tiba saja nama itu menyulut emosinya.
"Apakah Jisung yang membuat mu seperti ini?" Tanya Jhonny tegas seraya mengepalkan tangannya yang kosong urat urat di lehernya menegang karena emosi.
"Bu-bukan Ayah. Jaemin rindu Jisung bisakah ayah membawanya kemari?" Tutur Jaemin dengan isak tangisnya. Terdengar sangat memilukan di telinga yang membuat Jhonny bersumpah akan melakukan apa saja asalkan tidak ada air mata yang jatuh dari kedua mata cantik sang anak.
![](https://img.wattpad.com/cover/267748132-288-k925488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Me || REVISI
Teen FictionJika kematian adalah hal yang paling di harapkan,lalu untuk apa kehidupan di ciptakan? 📌#1 in frinship🥇