Untuk Ayah

442 64 47
                                    


Sepeninggal sang Ayah Jaemin hanya bisa menatap kosong langit-langit rumah sakit, bau alkohol yang sangat menyengat membuat perutnya mual, Namun lamunan itu tidak berlangsung lama karena pintu yang di buka dengan tiba-tiba membuatnya buru buru memejamkan mata seolah olah Ia sedang tertidur.

"Na gue tau lo pura-pura tidur" Celetuk Jeno sambil menarik kursi di dekat ranjang Jaemin, Melihat tidak adanya respon membuatnya menghela nafas lelah.

"Maaf" Celetuk Jeno dengan perlahan

walaupun tak ada respon toh Jaemin masih mendengarnya terbukti dengan telinga Jaemin yang mengeluarkan semburat merah yang terlihat jelas di matanya. Membuat Jeno memgulas senyumnya mari buktikan seberapa lama seorang Jaemin akan mendiamkannya.

"Lo tau Na? Ada hal yang ada di diri lo yang gak bisa gue miliki? Dan sialnya hal itu bikin gue iri sama lo. Mungkin lo gak tau karena lo terlalu polos buat ngerti masalah orang dewasa"

"Ehh enak aja tu congor kita cuman selisih 5 menit aja ya jangan sok belagu deh pake dewasa-dewasaan. kita tu lair bareng!makan bareng! sampe buang air aja bareng!gak usah ngadi-ngadi lo Jen! kalo lu dewasa gua juga lah" Potong Jaemin dengan menggebu gebu melupakan actingnya yang pura-pura tertidur.

Melihat omelan panjang Jaemin yang sudah seperti rumus balok membuatnya tak bisa lagi menahan tawa. Dengan tidak sopannya Jeno tertawa terbahak-bahak sembari memukuli ranjang Jaemin seoalah melampiaskan kegeliannya.

Benarkan dugaannya? Jaemin tidak akan lama-lama mendiamkannya. Jaemin akan menjadi sangat sensitif jika membicarakan kedewasaan hal itu menjadi jurus ampuh bagi seorang Jeno Alkana menahlukkan Jaemin yang baperan seperti perawan.

"Acting lo jelek banget tau gak?" Tutur Jeno sembari mengusap surai Jaemin dengan penuh sayang.

"Bodo' " Ketus Jaemin marah. Bagaimana tidak akan marah saat rencana yang lo buat tiba-tiba di patahkan begitu saja? Dengan cepat Jemin menarik selimut yang sedang Ia kenakan hingga menutupi kepala.

Melihat itu Jeno tidak melarang ataupun menarik selimut pada posisi semula karena Ia tau Jaemin sedang di landa malu yang berlebihan. Dengan pemikiran yang cerdik Jeno berjalan mendekati sofa yang di sediakan pada ruangan tersebut sembari melihat-lihat majalah yang ada di atas meja.

Mendengar suara alas kaki Jeno yang menjauhpun Jaemin menyingkapkan selimutnya kembali menurunkannya hingga sebatas pinggul. Karena cuaca hari ini yang sangat panas membuatnya ingin mbuang jauh-jauh selimut tersebut, Namun Ia masih waras untuk tidak melakukannya jika tidak ingin sang abang mendapat hukuman dari Ayah.

"Jen" Ucap Jaemin memecahkan keheningan.

"Hmm?" Sahut Jeno dengan deheman halus masih fokus melihat-lihat majalah yang ia lihat sekarang ini, lumayan menarik di saat bosan menyerang.

"Maaf" Celetuk jaemin tiba tiba

"Umm?" Respon Jeno sambil mengalihkan pandangannya dari majalah yang berada di tangannya. Jeno yang membutuhkan penjelaskan lebihpun menaikkan salah satu alisnya yang menghasilkan beberapa kerutan di dahi. Pasalnya ia tidak mengerti mengapa Jaemin tiba-tiba meminta maaf?

"Soal tad.."

"Hai Hello Nihao Annyeong Assalamualaikum" Potong Hechan tiba tiba dengan penekanan di akhir kalimat, dengan bangga menenteng sebuah kotak ayam McD di tangan kanan sembari di sampirkan di bahu. Berjalan dengan congak seperti duta wisata yang memenangkan piala kemenangan.

"Bacot nih anak gede banget sumpah, minta di panggilin security lo?" Singgung Jeno dengan kata katanya yang pedas

"Gini nih kalo dapet temen gak tau diri!udah tau temennya sakit jantung malah di kagetin mulu mana main serobot kata orang lagi. Sengaja mau bikin gue cepet mati?" Imbuh Jaemin kesal sembari mengusap bagain dada.

All About Me || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang