Awal Mula

364 60 23
                                    

Sekarang ruang rawat Jisung hanya di huni 2 orang, dengan Jisung yang masih nyaman dengan mimpinya dan Chenle yang masih setia terjaga untuk menjaga sang sahabat.

Jangan tanyakan Oma, karena sang empu sedang pulang mengambil keperluan untuk Jisung, kadang ia suka iri dengan Jisung, Ia mempunyai nenek yang sangat perhatian, baik, dan sayang pada cucunya. Sedangkan ia? Tidak pernah merasakannya dari seorang nenek.

Membuatnya teringat pada hal lalu yang terjadi, dengan menatap wajah damai sang sahabat membuatnya mudah mengingat hal itu seakan baru saja terjadi beberapa menit yang lalu

Flashback

"Le lo harus bantuin gue jalan cepet!"

"Lo mau ngapain  njir? gue lagi ngambek ya sama lo!" Ujar Chenle sambil bersedekap dada tak lupa dengan memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Setidaknya semburat senja sore kala itu lebih  menyenangkan saat di pandang daripada memandang wajah Jisung yang melotot ke arahnya. Merasa sang sahabat masih setia dengan tatapan melotot tersebut dan berakhir Chenle mengalah.

"Tu mata kenapa melotot begitu minta di colok? Apa di congkel?" Tanyanya sinis sembari meraih majalah yang di sediakan di kamar itu.

"Jadi lo mau bantuin gue ap.."

"Enggak!" Sela Chenle tegas tanpa mengalihkan atensinya dari majalah. Di lihatnya Jisung menghela nafas sabar sembari menurunkan dua kakinya dari ranjang hingga bergelantung bebas di udara.

Namun Chenle tetaplah Chenle, seorang laki laki yang sangat peka terhadap lingkungannya. Bukan maksud ia mengacuhkan Jisung hanya saja Ia ingin menguji seberapa keras kepalanya sang sahabat ini.

Jisung mulai menurunkan  kaki kanannya pada lantai hingga keduanya beradu hingga membuatnya bergidik. Mungkin lantai tersebut terasa dingin di peraba Jisung pikirnya, walau terlihat acuh pada sang sahabat namun Chenle masih mengamati gerak gerik sang sahabat  melalui lirikannya.

Dengan pelan Jisung berjalan dengan menjadikan bankarnya sebagai tumpuan, Namun saat tiba diujung ranjang Ia berdiri sebentar melirik sang sahabat yang masih sibuk dengan majalah di pangkuannya. Jisung hanya menghela nafasnya untuk kesekian kali.

Ia tak mungkin memaksa sang sahabat untuk membantunya hanya saja jarak pintu sangatlah jauh dari bankarnya dan tidak ada tumpuan yang bisa ia gunakan menuju luar. Namun tidak ada pilihan lain lagi ia harus menjelaskan semuanya pada sang Oma agar tidak salah paham.

"Ayo Jisung semangat" Batinnya

Saat Ia mulai melangkahkan kakinya kedepan dan melepaskan tumpuannya pada bankar yang membuat tubuhnya sedikit oleng, entah mengapa kakinya terasa sangat lemas bagai berubah menjadi jelly kesukaan abangnya.

Namun dengan sigap Chenle menjaga Jisung dari belakang yang menahan berat badan Jisung secara keseluruhan agar sahabatnya tak terjatuh. Chenle yang melihat itu sangat kesal betapa bebalnya budak satu ini, Namun hal itu sirna saat melihat Jisung memejamkan mata dan perlahan merosot ke lantai.

"Ehh sat! Lo gak papakan? Apa gue panggilin suster?" Panik Chenle namun Jisung hanya merespon dengan gelengan, karena sekarang dadanya berdesir hebat. Jantungnya juga bekerja berkali-kali lipat akibat terkejut. Ternyata ia tak sekuat yang ia pikirkan.

"Bantuin gue berdiri aja le, Gue...mau cari eyang" Jawab Jisung sendu yang Ia takutkan adalah sang nenek yang kecewa dan meninggalkannya hal itu seperti menjerat separuh dari kinerja otaknya.

"Oke gue bantu cari eyang tapi kalo udah ketemu langsung balik kamar lagi! Gue engga mau lo kenapa napa nantinya" Final Chenle pasrah.

Di papahnya Jisung di pundaknya dan tak lupa dengan tiang infus yang Jisung gunakan sebagai tumpuan tambahan yang menurutnya sangat merepotkan.

All About Me || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang