Mendengar suara yang memanggil namanya membuat Ia reflek mengangkat kepala yang semula menunduk ketakutan. Hingga wajah sang sahabat yang terlihat sangat khawatir tetangkap indera penglihatannya dengan segera Ia tubrukkan badannya ke pelukan sang sahabat.
"Chenle!"
"Lo ngapain malem malem keluyuran di koridor? Mau cosplay jadi pasien ngesot jadi orang gak bis.."
Omelan chenle terhenti saat merasakan kedua tangan Jisung yang mencengkram erat jaket denimnya dan tak lupa wajah yang di sembunyikan pada bahunya. Membuatnya seketika sadar jika mereka terkepung banyak orang yang mungkin saja membuat sang sahabat tidak nyaman.
Tanpa berpikir panjang, di lepasnya jaket denim miliknya dan di selubungkan pada bahu Jisung berharap memberi kehangatan dalam dinginnya malam juga tidak lupa memasangkan topi miliknya pada kepala jisung untuk menutupi wajah Jisung yang masih setia menunduk.
Segera di rangkulnya tubuh Jisung untuk menghindari kerumunan tersebut. Bagaimana bisa Jisung keluar pada tengah malam tanpa sehelai jaket maupun alas kaki menyusuri koridor? Entah pelayanan yang kurang atau memang sahabatnya ini yang terlalu nakal hingga lepas dari pengawasan.
Sesampai di kamar rawat Jisung segera Ia dudukan sang sahabat di sofa yang sudah di sediakan sebelumnya." Tadi ngapain keluar dari sini?" Tanya Chenle dingin.
Bukan! Bukannya Ia marah hanya saja banyak rasa kesal yang menumpuk dalam hatinya. Melihat sang sahabat menunduk yang mengalihkan titik fokusnya pada jari yang di mainkan Jisung.
Chenle mendesis ngeri saat melihat punggung tangan Jisung yang mengeluarkan darah. Apakah tidak sakit?walupun darah yang tidak terlalu banyak namun sukses membuatnya bergidik ngeri.
"JISUNG KEANO!"
Gelegar Chenle yang membuat Jisung terperanjat kaget."ma-maaf" Apakah Ia tak salah dengar? Seorang Jisung Keano meminta maaf? Wahhh daebak!
"Sung gue tanya alasan lo! Bukan minta lo buat minta maaf!" Tegas Chenle frustasi. Jujur saja Ia lebih menyukai Jisung yang dingin, congak, sok cool, dan menyebalkan dari pada melihat Jisung seperti ini. Karena mengingatkannya pada masa penindasan dan bullying yang di alami sang sahabat.
Jawaban Jisung bagai tamparan untuk Chenle, ini bukan salah sahabatnya melainkan dirinya sendiri yang meninggalkan Jisung sendirian. Harusnya Ia tidak memarahi dan menyudutkan Jisung, karena ini kesalahannya.
Chenle yang semula berdiri segera duduk di samping Jisung di tatapnya mata sayu sang sahabat yang menambah rasa sesalnya. Dalam gerakan cepat di rengkuhnya bahu sempit sang sahabat
"maaf"
"gue takut le, kalo seandainya Oma sama lo ninggalin gue...gada lagi yang peduli sama gue" Jelas Jisung yang menjelaskan ke khawatirannya
Chenle yang mendengar itu semakin mengeratkan pelukannya, berusaha menenangkan sang sahabat bahwa semua akan baik baik saja dan membiarkan Jisung mengatakan apa yang mengganjal di hatinya.
"Oma kecewa sama gue le...gue-gue nyakitin hatinya le, gue cucu gak tau diri le..Jisung goblok! Goblok! Goblok!"
Isak Jisung sembari memukul mukul kepalanya. Chenle yang terkejut dengan gerakan Jisung segera mengunci pergerakan sang sahabat agar tidak melukai dirinya sendiri.
Dalam ruangan itu hanya ada Jisung dan dirinya. Tidak mungkin Ia meninggalakn Jisung yang sedang menyakiti dirinya sendiri, bahkan tombol darurat pun terasa sangat jauh untuk di capai hingga prensesinya teralihkan oleh pintu yang terbuka.
Cklekkk
Menampilkan seorang pemuda blasteran yang membawa parcel buah dengan senyum menawan, Namun harus luntur saat melihat sang sepupu memukuli kepalanya.
"Dek! Dek denger abang kan? Jisung!" Teriakan pemuda tersebut menyadarkan Chenle dari lamuannya.
"Panggil dokter cepet!"
"Hah?" Tanya Mark kaget dengan teriakan pria mandarin dihadapannya yang memerintahnya secara tiba tiba.
"PANGGIL DOKTER BANGSAT!" Teriak Chenle untuk kedua kali dengan penuh emosi, Bagaimana bisa dalam keadaan genting seperti ini malah bertingkah bodoh.
Mark yang mendengar teriakan Chenle dengan segera berlari keluar melupakan parcel buah yang Ia bawa tergeletak mengenaskan di lantai dengan buah yang sudah berceceran dimana mana.
Chenle yang melihat Jisung masih setia memukuli kepalanya dengan sigap melingkarkan kedua tangannya di sekeliling kepala jisung berusaha menghalau pukulan dengan lengannya.
Lo sebenernya kenapa sung batin Chenle dengan menahan nyeri pada lengannya akibat pukulan dari sang sahabat.
_ _ _
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.