"Paman! Ampunnn Paman, hahaaha! Ini sangat menggelikan" Lili yang sedang digelitiki oleh Jisung tertawa lepas.
Melihat tawa bahagia dari Tuan Mudanya membuat Mang Danang tersenyum bahagia, seolah-olah memang kehidupan seperti inilah yang selalu Tuannya itu jalani. Jisung yang mulai lelah ikut merebahkan tubuhnya di atas rerumputan dengan senyum lebarnya melihat langit cerah dengan gumpalan awan tipisnya yang memanjakan mata.
Saat tawa Lili sudah tidak terdengar lagi, Jisung melontarkan pertanyaan yang sedari tadi memenuhi kepalanya. "Lili, tadi.. mengapa lili menangis?"
Lili yang diberi pertanyaan tersebut, melemparkan ingatannya beberapa saat lalu. Ketika tak ada satu teman pun yang mau memakan bekal yang Ia bawa. Bukannya menghargai hasil jerih payah Kakak perempuannya, mereka malah mengejek bekal yang Ia bawa. Mereka mengatakan bahwa bekal yang Ia bawa bukanlah telur mata sapi seperti Ibu Guru perintahkan, melainkan Telur dadar yang tak teraduk sempurna.
Mengingat Hal tersebut, Melunturkan senyum Lili yang mengembangg beberapa saat lalu. Jisung yang menyadari perubahan ekspresi bocah disampingnya tersebut merubah posisinya menjadi miring menghadap lili. Lili yang terusik dari lamunannya menolehkan kepalanya yang tepat menatap wajah teduh Jisung yang sedang tersenyum.
Seolah-olah tersihir oleh senyum tulus Jisung, Lili mulai menceritakan mengenai teman-temannya yang tak mau memakan bekalnya. "Jadi Lili sedih karena ga ada yang mau makan masakan kak Amel?"
Anggukan Lili sudah menjawab dari semua pertanyaan yang sedari tadi berputar-putar di kepalanya. "Kalau begitu bolehkah Paman memakan bekal Lili? Sebagai gantinya Paman akan membelikanmu Ice Cream bagaimana?"
Tanpa berpikir Panjang, Lili langsung mengenggukan kepalanya dengan senyum manis yang terukir di wajah imutnya tanda setuju. Jisung yang melihat Hal tersebut mengusap lembut rambut Lili sembari tersenyum. Tak menunggu lama, Jisung meminta Mang Danang untuk membelikan Lili Ice Cream dan beberapa makanan ringan.
Sembaari menunggu Mang Danang kembali, Jisung lebih dahulu menyantap bekal yang dibawa Lili. Tidak mewah, Namun melihat bagaimana usaha yang dikalukan oleh kakak perempuan Lili membuanya berkali-kali lipat berharganya. "Paman! Apakah masakan Kak Amel sangat Lezat?"
Jisung yang mendengar pertanyaan Lili hanya mengangguk kaku berusaha menelan makanannya. Selain tampilannya tidak menarik, ternyata cita rasa masakan perempuan tersebut jauh dari kata layak untuk dikonsumsi. Terlalu asin hingga membuat lidahnya kebas dan sedikit gosong yang memberikan cita rasa pahit.
Lili yang melihat anggukan Jisung tersenyum senang, baru satu suap Nasi yang Ia telan Mang Danang sudah datang menenteng kantong plastik yang di sambut senyum cerah dan tepuk tangan dari Lili. Pada saat yang bersamaan, terdengar dering ponsel dari saku Jisung yang menghentikan tawa renyah Lili.
"Sebentar," Ucap Jisung yang di angguki Lili.
"Halo?"
"....."
"Halo? Oma?" Ulang Jisung ketika tak mendapat jawaban sama sekali. Hingga suara seseorang memanggil namanya yang membuat dirinya membeku di tempat.
"Aden? Aya naon?"
Jisung yang ditanya Mang Danang sedikit terkejut, "Ahhh Mang! Sepertinya kita harus pulang."
Mendengar hal tersebut membuat Mang Danang kebingungan. Dirinya hanya menatap punggung Jisung yang sedang mendekati Lili dengan penuh tanya. " Ummn, Lili! Paman harus pulang sekarang, rumah Lili dimana? Biar paman antar."
Bukannya Jawaban yang Jisung dapatkan, melainkan gelengan kepala yang membuat dirinya menyernyit bingung. "Kak Amel bilang, Lili ga boleh pulang sama sembarang orang." Jisung yang mengerti jika Lili belum sepenuhnya percaya padanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Me || REVISI
Ficção AdolescenteJika kematian adalah hal yang paling di harapkan,lalu untuk apa kehidupan di ciptakan? 📌#1 in frinship🥇