4

576 92 20
                                    

.
.
.
.
Vano mengerjapkan matanya perlahan, pandangannya lalu mengedar ke segala arah, dan  sedetik kemudian ia melihat sosok wanita cantik yang tengah duduk menelungkupkan wajahnya pada kedua tanganya dan tertidur disamping kasurnya.

Vano mengernyit heran, mengapa dia ada disini ? Pikirannya pun langsung tertuju saat sebelum dia ambruk dan jatuh pingsan, iya dia baru ingat saat itu kakak perempuannya berdiri di depan pintu kamarnya dan setelahnya Vano tak ingat apa-apa lagi.

Tak lama kemudian terdengar suara leguhan dari remaja cantik itu, lalu ia menggerakan dan menggeliatkan badannya, mungkin karena badanya merasa pegal tertidur dalam posisi seperti itu.

Vano tak bergeming ia hanya melirik sekilas hingga dimana saat mata indah remaja cantik itu benar-benar terbuka sempurna dan saling bertemu tatap dengan mata Vano yang masih terbaring lemah dikasurnya.

Remaja cantik itu menyunggingkan senyum bahagia lalu menatap mata adiknya nanar."Udah bangun ?" Tanya Tammy lembut dan sesekali melihat tubuh adiknya yang sangat kurus.

Vano menatap Tammy acuh, baginya ia tak suka dengan situasi sekarang , membuatnya merasa dikasihani apalagi terlihat lemah didepan orang lain, sungguh ia mengumpati dirinya sendiri kenapa ia tadi harus lupa menutup pintu hingga dimana disaat kakak perempuannya melihat segalanya yang telah berusaha ditutup rapat dan juga dianggapnya sebagai titik terapuhnya. Vano mendengus kesal atas kecerobohannya tadi.

Tangan Tammy tergerak menyentuh pergelangan tangan Vano, Tammy lagi-lagi dibuat nanar mata itu dengan susah payah menahan air yang sedikit lagi akan tumpah dan mengalir deras dari dalam pelupuk matanya."Tu-tubuh kamu ? Ka-kamu kurusan sekarang ?" Ucap Tammy dengan nada yang bergetar sedangkan Vano langsung menarik tangannya dan melengos menghindari tatapan sendu dari kakak perempuannya.

Tammy menggelengkan kepalanya pelan dan sejenak menutup kedua matanya untuk sedikit menetralisasi rasa sesak yang mendera dihatinya. Ia lalu terisak tanpa suara, menangis dalam diam. Vano pun yang merasa tanganya sedikit basah lagi-lagi menoleh sekilas ke arah Tammy, rupanya itu karena tetesan air mata dari kakak perempuannya. Vano langsung membuang mukanya kembali, tak hanya itu ia langsung beranjak bangun dari tempat tidurnya.

Tammy terjengit, merasakan gerakan Vano, sedangkan Vano langsung menyaut Hoodie nya yang tergeletak di lantai dan memakainya kembali, setelah itu ia berjalan ke arah pintu keluar, namun sedetik kemudian langkah kakinya terhenti."Hapus! Aku gak suka air mata!" Ucap Vano dingin, membuat Tammy malah semakin terisak.

"Apa kamu baik-baik aja ?"

Vano, terdiam mendengar pertanyaan Tammy. Lalu setelahnya ia mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan "Aku mencoba untuk tetap baik-baik saja" jawab Vano lirih. Tammy menggelengkan kepalanya lalu ia berdiri dari tempat duduknya menatap punggung Vano yang masih berada didepannya."Tapi tubuh kamu ?" Lanjut Tammy.

"Segalanya tentang diriku, sudah terlewatkan cukup jauh kak, sekarang bukan hanya kakak dan mereka semua yang acuh tentang keadaanku, tapi begitupun aku, aku juga benci atas kehadiran diriku sendiri! Aku benci atas nafas yang selalu berhembus didalam tubuhku ini, aku juga benci atas nadi yang masih mengalir dan detak jantung yang masih berdenyut dalam dadaku ini! Aku tak perduli lagi tentang hidupku! Karena aku benci atas diriku yang masih hidup, namun aku juga ragu untuk mengakhiri segalanya!" Ucap Vano lalu melangkahkan kakinya membawanya keluar dari dalam kamarnya meninggalkan Tammy yang berdiri disana dengan tangis yang hebat.

Tammy menjatuhkan dirinya ke lantai, tubuh itu bergetar hebat, tangis itu serasa menyayat hati. Ia  berulang kali memukul-mukul lantai yang keras itu dengan tanganya, tak perduli lagi, jika tercipta luka di tangan indahnya.

"Aldevano hiks hiks. ..." Ucap Tammy bergetar

___________

Malam kini telah tiba, dan benar saja karena kejadian tadi siang Vino sakit, badanya demam tinggi karena harus bersentuhan langsung dengan dinginya air hujan.

ARAH YANG BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang