Sanggrada tidak tau bahwa kehidupan masa remajanya tidak akan seindah remaja lainnya. Penuh tuntutan sang ayah dan harus kehilangan kedua sosok ibu dalam jangka waktu yang cukup cepat.
Hari ini sanggrada berkunjung ke makam bersama kedua anak kembarnya. Bocah berusia 4 tahun itu menurut saja saat sang daddy mengajak mereka untuk duduk di antara dua nisan.
"Daddy, oma yyan mana?"
Sanggrada tersenyum lalu mengusap rambut kalingga.
"Yang itu oma sarah, yang ini oma anin."
Kedua anaknya nampak bingung dan mengerjapkan matanya dengan polos. Wooyanagra datang setelahnya lalu menggendong sang putri kedalam dekapannya.
"Shika punya dua oma, mereka sangat cantik."
"Really?"
Gadis kecil itu memasang wajah penasaran karna ucapan sang papa, sanggrada tersenyum lalu memberikan selembar foto pada deepshika.
"Oma cantik...Oma nda bica lihat shika..."
Anak itu meminta untuk turun lalu mengusap kedua nisan didepannya.
"Omaaaa shika janji nda nakal."
Sanggrada memeluk bahu istrinya lalu menyandarkan kepalanya pada bahu wooyanagra. Laki-laki manis itu merasakan bahunya mulai basah. Ia tersenyum lalu mengusap rambut sanggrada.
"Mommy, bunda...lihat woo nepatin janji buat jaga sanggrada...bahkan sekarang kalian sudah punya cucu..."
Pelukan sanggrada mengerat sebelum terisak lebih lama. Mata wooyanagra sudah berkaca-kaca namun ia menahannya.
"Semuanya sudah berlalu dengan cepat mas...jangan sedih lagi ya?"
Sanggrada mengusap air matanya lalu tersenyum, membawa kedua anak nya untuk keluar pemakaman. Sebelum ia pergi, sanggrada menengok kearah makam lagi dan melihat bayangan sang bunda dan mommy nya tersenyum.
"Grada udah bahagia bunda...mommy..."
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
. cakrawala - sanwoo//woosan ; end
Fiksi Penggemarsetelah kematian sang bunda, sanggrada harus menerima kenyataan bahwa sahabat sang bunda akan menjadi ibu tirinya. tragedi terulang dan nyawa kembali terenggut. hanya wooyanagra dan sang adik yang ada disana untuk mengerti dirinya. - sanggrada.